Tidak semua tersangka narkoba dapat ditangkap dengan mudah. Beberapa masuk kategori berbahaya karena berstatus bandar. Kadang anggota kepolisian harus beringas untuk menghindari resiko. Maka moncong pistol kerap menyalak sebelum tersangka dilumpuhkan.
KAMPAR (RIAUPOS.CO) -- Sepanjang mata memandang pada Rabu (29/1) sore itu adalah kebun nenas. Dari kejauhan Kasat Narkoba Polres Kampar AKP Asdisyah Mursid melihat ada 1 unit sepeda motor terparkir di tepi jalan. Posisinya beberapa meter dari gubuk kayu di tengah kebun Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang. Asdisyah bersama tiga anggotanya dari Tim Opsnal Satres Narkoba Polres Kampar, sudah menghentikan kendaraan mereka lebih jauh dari lokasi sepeda motor itu.
Asdisyah yang mengenakan kemeja putih khasnya, sengaja tidak dikancing, mengendap-endap dari kejauhan. Aksi ini diikuti anaknyanya. Gubuk berupa rumah panggung itu terlihat lengang. Susana kebun nenas itu juga sepi tanpa suara pada sore itu. Tempat yang sangat cocok untuk menyimpan maupun melakukan transaksi narkoba. Tidak membuang-buang waktu, setelah mengendam-endam diantara rerumputan dan tanaman nenas setinggi paha orang dewasa di tepian jalan tanah itu, Asdisyah berhenti.
Sejenak dirinya memberikan perintah setengah berbisik kepada tiga anggotanya yang berpakain preman. Sekiltas Tim Opsnal Satresnarkoba Polres Kampar ini tidak terlihat sama sekali layaknya Polisi. Tampilan mereka lusuh, bercelana jeans, bahkan dua anggota Asdisyah saat itu tidak mengenakan baju. Kaos hitam oblong mereka kaitkan saja dileher hingga otot-otor kekar mereka terlihat.
Sementara satu lainnya mengenakan baju dan celana lusuh. Namun mereka semua dibekali senjata laras pendek, sebuah pistol berwarna hitam yang terkokang di tangan. Setelah memberikan perintah pengepungan untuk menyergap, dengan satu aba-aba, mereka langsung berlari kencang menuju gubuk dengan kondisi pistol siap menembak.
Ini bukan main-main. Target operasi yang sedang berada di dalam gubuk, berdasarkan laporan masyarakat, adalah seorang bandar. Maka langkah waspada dan kehati-hatian harus diambil. Resiko harus diperkecil hingga perlindungan dari senjata setiap personel menjadi kewajiban.
Hanya butuh beberapa detik, Asdisyah berlari lurus menuju gubuk yang berjarak 100 meter dari tempat dirinya mengendap tadi. Bajunya putihnya yang tidak dikancing terkembang dan berkibar ditiup angin kencang ketika sedang berlari kencang. Tangan kanannya yang berpistol mengacung ke langit.
Sambil berlari, dengan mata siaga penuh, Perwira pertama Polisi itu juga memuntah timah panas ke udara untuk memberikan peringatan kepada target operasi agar tidak lari. Sementara para anggotanya lebih sigap lagi dengan lari berpencar mengepung gubuk kayu itu.
Dalam sekejap, target operasi yang belakangan diketahui sebagai AP alias NU (45) tersungkur di lantai. Saat Asdisyah dapat melihat tersangka, satu anggotanya sudah membekap tersangka yang terkejut karena mendadak disergap. Aksi di tengah hari yang sedang muram karena mendung itu tidak sia-sia. AP tidak berkutik. Polisi juga menemukan sejumlah bukti kuat bahwa AP adalah pengedar narkoba.
“Dari tangan pelaku kami mendapatkan barang bukti 2 bungkus narkotika jenis shabu seberat 1,5 ons. Kami juga mengamankan 2 unit Hp, 1 unit timbangan digital dan beberapa peralatan penggunaan shabu,” kata Asdisyah.
Dengan sudah lengkapnya barang bukti, AP segera diborgol. AP dan barang bukti langsung di gelandang ke Mapolres Kampar untuk menjalani proses hukum lebih lanjut. Asdisyah pada kesempatan itu juga berterima kasih kepada masyarakat yang telah pro aktif. Menurutnya, andil masyarakat dalam pencegahan peredaran narkoba sangat penting.***
Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Bangkinang