SOMALIA (RIAUPOS.CO) -- Sebuah bom mobil secara tiba-tiba meledak di kawasan sibuk Ibu Kota Somalia, Mogadishu, dan menewaskan 76 orang. Pejabat setempat mengatakan, ledakan itu terjadi di persimpangan sibuk di barat daya Mogadishu, saat lalu lintas macet. Kemacetan itu disebabkan adanya pemeriksaan di pos keamanan maupun keberadaan kantor pajak, dilaporkan AFP Sabtu (28/12).
Otoritas Somalia berujar, dari 76 korban tewas bom mobil yang meledak di kawasan sibuk itu, sebagian besar adalah mahasiswa. Mogadishu disebut secara rutin menerima serangan baik bom maupun bersenjata dari kelompok Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaeda.
Selain mahasiswa, dua warga Turki juga dikabarkan meninggal dalam ledakan paling mematikan selama dua tahun terakhir. "Jumlah korban yang sudah kami terima adalah 76 tewas dan 70 terluka," kata Direktur Dinas Swasta Ambulans Aamin, Abdukadir Abdirahman Haji.
Dia menyatakan jumlah itu bisa bertambah, dengan anggota kepolisian Ibrahi Mohamed menyebut lokasinya "sangat rusak".
Mohamed menuturkan, dua warga Turki yang menjadi korban tewas diyakini adalah pekerja konstruksi jalanan.
"Mayat bertebaran di mana-mana" Wali Kota Mogadishu Omar Mohamud Mohamed dalam konferensi pers berkata, dia mendapatkan data bahwa 90 orang terluka.
Seorang saksi bernama Muhibo Ahmed mengungkapkan, korban kebanyakan mahasiswa karena bus mereka melintas saat bom mobil meledak. Sakariye Abdulkadir yang mengaku berada di dekat lokasi kejadian mengisahkan, ledakan tersebut sampai merusak kaca jendelanya. "Yang bisa saya lihat kemudian adalah mayat bertebaran di mana-mana. Di tengah ledakan, mereka sulit dikenali," jelas Abdirahman.
Meski belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab, Mogadishu secara rutin diserang Al-Shabaab yang berusaha menggulingkan pemerintahan Somalia. Serangan paling mematikan yang pernah terjadi di Mogadishu adalah pada Oktober 2017, ketika truk berisi bom meledak dan menewaskan 512.(ap/jrr)
Laporan AP, Somalia