Barat Kecam Rusia yang Gelar Referendum di 4 Wilayah Ukraina

Internasional | Kamis, 29 September 2022 - 05:30 WIB

Barat Kecam Rusia yang Gelar Referendum di 4 Wilayah Ukraina
Proses referendum oleh Rusia di 4 wilayah Ukraina. (BBC)

MOSKOW (RIAUPOS.CO) – Melalui sistem pemungutan suara, Rusia mengklaim telah melaporkan suara mayoritas besar wilayah Ukraina mendukung bergabung dengan Rusia. Namun, Barat menuding klaim itu sebagai referendum palsu atau lelucon.

Barat menilai pemungutan suara diatur dengan tergesa-gesa dan berlangsung selama lima hari di wilayah timur Donetsk dan Luhansk, dan di Zaporizhzhia dan Kherson di selatan. Wilayah itu membentuk sekitar 15 persen wilayah Ukraina.


Penghitungan suara pada Selasa (27/9) di empat provinsi berkisar antara 87 persen hingga 99,2 persen mendukung bergabung dengan Rusia. Hal itu menurut pejabat yang ditunjuk Rusia. Ketua majelis tinggi parlemen Rusia mengatakan mungkin mempertimbangkan perebutan pada 4 Oktober.

“Hasilnya jelas. Selamat datang di rumah, ke Rusia,” kata mantan presiden yang menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia dan sekutu Presiden Vladimir Putin, Dmitry Medvedev, lewat Telegram.

Di dalam wilayah pendudukan, pejabat Rusia mengambil kotak suara dari rumah ke rumah. Ukraina dan Barat menegaskan aksi itu tidak sah. Wakil Duta Besar Inggris untuk PBB James Kariuki mengatakan setiap referendum yang diadakan di bawah kondisi tekanan senjata, maka tidak akan pernah bisa bebas atau adil.

“Lelucon di wilayah pendudukan ini bahkan tidak bisa disebut tiruan dari referendum,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato lewat video Selasa (27/9) malam.

 

Bantahan Rusia

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan pada pertemuan itu bahwa referendum dilakukan secara transparan dan sesuai dengan norma pemilu. Jika Rusia mencaplok empat wilayah Ukraina, Putin dapat menggambarkan setiap upaya Ukraina untuk merebut kembali wilayah itu sebagai serangan terhadap Rusia.

Putin mengatakan pekan lalu bahwa dia bersedia menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan integritas teritorial Rusia.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook