RAMADAN DI TANAH RANTAU BELANDA (1)

Masjid Pengobat Rindu Kampung Halaman

Internasional | Rabu, 29 Mei 2019 - 10:27 WIB

Masjid Pengobat Rindu Kampung Halaman
BUKA PUASA: Warga Indonesia berbuka puasa bersama di Leiden, Belanda, baru-baru ini. Salah satu cara warga Indonesia mempererat silaturahmi dan menyemarakkan Ramadan. (UMI ILLIYINA FOR RIAU POS)

Catatan: UMI ILLIYINA SH MH*

PENGUJUNG musim semi di Belanda, siang hari lebih panjang. Puasa dijalani selama 18-19 jam. Tapi itu masih lumayan dibanding Islandia dan Finlandia yang berpuasa hingga 22-23 jam. Kondisi alam yang berbeda memunculkan banyak pendapat para ulama tentang waktu berpuasa.

Baca Juga :Kediaman Imam Al Aqsa Diserbu Pasukan Israel

Dini hari, tangan saya sibuk memilah dan memperhatikan setiap lembar foto kenangan di album bewarna biru. Foto dari kampung halaman itu menyimpan kenangan-kenangan masa lalu. Ada teman sepermainan waktu kecil. Ada masjid tempat saya belajar mengaji dulu. Ada jalanan yang biasa saya telusuri setelah subuh.

Saya lahir dan besar di Pekanbaru. Kenangan Ramadan di Pekanbaru adalah pemasangan lampu colok/obor pada malam-malam terakhir Ramadan yang tidak ada di tempat lain. Apalagi di Negeri Kincir Angin ini. Penjual takjil di Pasar Ramadan yang tidak akan dapat ditemui di Belanda. Suara tadarus anak-anak dari pengeras masjid.

Kumandang suara adzan pun tak pernah lagi terdengar bersahut-sahutan, teriakan anak-anak memukul perkakas sambil berteriak lantang “sahuuurrr” membangunkan warga yang masih terlelap pulas menjadi kenangan yang paling dirindukan. Lampu colok yang menghias setiap persimpangan jalan tak lagi dapat dilihat. Lamunan jauh melayang ke kampung halaman, namun jarum jam terus berdenting, waktu imsak sebentar lagi.

Leiden semakin cepat terang menjelang musim panas. Tiba-tiba ponsel saya berbunyi, pesan dari seorang kolega masuk, “Hallo allemaal, morgen hebben we weer les. Komen jullie allemaal? Tot morgen!”“Halo semuanya. Besok kita akan mendapat pelajaran lagi. Apakah kamu semua datang? Sampai jumpa besok! “ Ternyata pesan itu datang dari Ilse, dosen di kelas bahasa Belanda. “Hmmm.. dia pasti tidak tahu saya hanya tidur empat jam selama Ramadan ini,” gumam saya dalam hati.(bersambung)

>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos

Editor: Eko Faizin









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook