(RIAUPOS.CO) - Virus SARS-CoV-2 varian B.1.617 sudah menyebar. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa virus asal India tersebut kini sudah ada di setidaknya 17 negara. Hal itu diketahui dari 1.200 urutan virus SARS-CoV-2 yang diunggah olah berbagai negara di GISAID.
’’Sebagian besar diunggah dari India, Inggris, AS, dan Singapura.’’ Bunyi pernyataan WHO seperti dikutip Agence France-Presse.
B.1.617 ditengarai sebagai dalang di balik lonjakan kasus Covid-19 di India. Sebanyak 60 persen penularan di India berasal dari mutasi Covid-19 itu. WHO memasukkan virus tersebut sebagai variant of interest atau jenis yang harus diwaspadai. Dalam arti lain, virus itu berpotensi lebih menular dari aslinya, bisa membuat sakit lebih parah, dan mungkin mengurangi kemampuan antibodi dari vaksin.
Saat ini jumlah total kasus di India mencapai hampir 18 juta dan angka kematian telah tembus 201 ribu nyawa. Rata-rata penularan harian di India selama sepekan terakhir mencapai 300 ribu orang, sedangkan angka kematiannya lebih dari 3 ribu orang per hari. Para pakar meyakini bahwa jumlah riil di lapangan jauh lebih tinggi.
Kekurangan oksigen masih terjadi di mana-mana. Hanya ada sekitar 500 pabrik di India yang bisa mengekstraksi dan memurnikan oksigen dari udara. Tanker-tanker khusus kadang harus mengantre berjam-jam untuk pengisian. Belum lagi perjalanan yang lambat dan hati-hati untuk distribusi ke berbagai penjuru negeri.
Bantuan dari berbagai negara sudah tiba di India. Rata-rata memberikan oksigen, ventilator, dan alat bantu lainnya. Tiongkok juga menawarkan bantuan. Mereka bahkan dengan gamblang menyatakan bahwa India bisa mendata apa saja yang diperlukan dan Cina akan mengirimkan. Namun, hubungan yang memanas antara kedua negara di perbatasan membuat India memilih bungkam. Delhi tidak menolak bantuan Beijing, tapi juga tidak mengiyakan.
Ketika Covid-19 mewabah di Wuhan kali pertama pada 2019, India adalah negara pertama yang memberikan bantuan. Tapi, setelah itu, muncul pertempuran dan perebutan kekuasaan di perbatasan dua negara di wilayah Himalaya. Juni tahun lalu terjadi baku tembak paling mematikan dalam 40 tahun. Sebanyak 20 tentara India tewas dan 4 tentara Cina ikut kehilangan nyawa.
Sementara itu, salah satu pendiri BioNTech Ugur Sahin, Rabu (28/4) meyakini bahwa vaksin Pfizer-BioNTech masih efektif untuk melawan varian virus di India. Pfizer adalah vaksin pertama yang mendapatkan izin edar di negara-negara Barat. ’’Kami masih menguji varian India, tetapi ia memiliki mutasi yang telah kami uji sebelumnya dan vaksin kami bisa melawannya, jadi saya yakin,’’ terang Sahin.(sha/c17/bay/das)
Laporan JPG, Jenewa