Lokasi resto ini di puncak bukit. Dari sini bisa memandang seluruh Kota Bogota yang terhampar di bawah sana. Udara 16 derajat Bogota di sore yang cerah itu membuat saya teringat suasana di lereng Danau Toba. Udaranya, awannya, bukit-bukitnya, hijaunya, seperti diimpor dari Balige. Hanya di sini danaunya adalah pusat kota Bogota.
Karcis Metrocable di Medellin ini tentu dibuat murah: setara 9.000 rupiah. Ini sudah termasuk seandainya Anda ingin menyambung perjalanan dengan kereta Metro menuju pusat kota Medellin.
Dari stasiun Metrocable terbawah sampai ke kampung paling atas terdapat tiga stasiun. Jarak tempuh 2 km yang dulu 2,5 jam itu cukup diganti Metrocable 20 menit. Kecepatan kereta gantung ini 16 km/jam.
Belakangan Pemkot Medellin membangun sambungan cable car dari stasiun teratas itu ke puncak gunung yang tidak ada kampungnya. Untuk turisme. Dengan jarak lebih pendek tapi dengan tarif dua kali lebih mahal.
Inilah untuk pertama kalinya saya naik kereta gantung dengan pemandangan lautan rumah kumuh di bawahnya.
Kadang-kadang kereta gantung yang saya naiki ini seperi hendak menyenggol atap rumah petak. Tapi saya tidak takut. Kalau pun senggolan itu terjadi tidak akan membahayakan kereta gantung. Pasti atap rumahnya yang copot. Dengan mudah. Atap seng itu kelihatannya tidak dipaku. Hanya ditindih bata. Mungkin, dulunya, tidak mampu membeli paku.
Ternyata bukan hanya saya yang baru pertama naik Metrocable ini. Dua orang di depan saya (satu kereta gantung bisa untuk 8 penumpang) juga baru sekali itu. Padahal dia orang Medellin. Rupanya dia tinggal di bagian kota Medellin yang lebih kaya.
Hari itu hari Minggu. Rekreasinya ke kampung miskin.***