GAZA (RIAUPOS.CO) - Gencatan senjata antara Israel dan Palestina resmi berlaku pasca tujuh pekan pertempuran tanpa henti yang menelan ribuan korban jiwa di Jalur Gaza, Sabtu (25/11) dini hari. Kesepakatan gencatan senjata ini merupakan hasil mediasi dari berbagai pihak, termasuk Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar
Kesepakatan ini memberi harapan baru untuk mengakhiri penderitaan warga sipil di Gaza akibat perang yang telah berlangsung sejak 7 Oktober lalu. Perjanjian mencakup pembebasan bertahap para tawanan dan sandera yang ditahan Israel maupun Hamas selama tujuh minggu terakhir serta pengiriman bantuan secara masif.
Dilansir dari Arab News, menanggapi waktu jeda yang akan segera berakhir pada selasa (28/11), mantan spesialis intelijen militer Israel yang menjalankan Institut Internasional untuk Kontra-Terorisme, Miri Eisin mengatakan bahwa gencatan senjata tidak akan dilanjutkan.
“Saya tidak yakin gencatan senjata akan bertahan lebih dari seminggu,” ujarnya.
Pernyataan tersebut ia lontarkan dengan alasan IDF ingin membongkar kemampuan militer Hamas dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah melalui operasi darat yang sistematis dan hati-hati.
Sementara itu, The Guardian juga melaporkan bahwa jeda perang di Gaza sepertinya tidak akan bertahan lebih lama dari hari Selasa, Hal ini karena muncul tanda-tanda pada hari Ahad bahwa Israel sedang bersiap untuk melanjutkan serangan udara dan darat.
Gencatan senjata selama empat hari ini digambarkan oleh Pasukan Pertahanan Israel sebagai jeda operasional. Kesepakatan ini akan berakhir pada hari Selasa tergantung pada pemindahan 50 sandera yang ditahan oleh Hamas. Perjanjian tersebut dapat diperpanjang satu hari untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan oleh Hamas.
Sementara itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk melenyapkan Hamas, namun kelompok tersebut tetap mempertahankan kemampuannya dalam pertempuran dan negosiasi. Sebagai informasi, setelah kampanye pengeboman besar-besaran, IDF telah mengepung wilayah utara Jalur Gaza ketika gencatan senjata dimulai pada hari Jumat.
“Analisis satelit menunjukkan kehancuran antara 40 persen dan 50 persen bangunan di Gaza utara, mengubah daerah seperti Jabalia menjadi lahan telantar perkotaan,” tambah The Guardian.
Sebagai informasi juga sasaran IDF berikutnya adalah wilayah selatan, tempat warga sipil Palestina seharusnya mengungsi, khususnya Khan Younis, tempat yang diklaim Israel sebagai markas besar Hamas dan pemimpinnya, Yahya Sinwar.
Senin lalu, Israel juga telah memerintahkan orang-orang, yang sebagian besar merupakan pengungsi, untuk meninggalkan kota tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi orang-orang akan mengungsi ke barat menuju wilayah pesisir Al-Mawasi yang sudah padat.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman