MANILA (RIAUPOS.CO) - Ledakan terjadi di Gereja Katedral di Jolo, Filipina, Ahad (27/1). Insiden tersebut mengakibatkan 21 orang tewas dan 71 korban lainnya terluka. Sejumlah militer dan warga sipil pun turut menjadi korban.
Ledakan pertama terjadi di dalam gereja dan diikuti ledakan kedua di tempat parkir luar gereja. Belum ada yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menyebut, serangan itu sebagai tindakan pengecut dan mendesak penduduk setempat untuk waspada. Pihaknya juga sudah mengerahkan aparat berwajib guna menangkal aksi teror tersebut.
‘’Kami akan menggunakan kekuatan penuh untuk mengadili para pelaku di balik insiden ini,’’ katanya dalam sebuah pernyataan dilansir dari Japan Today, Ahad (27/1). Juru Bicara Komando Militer Mindanao Kolonel Gerry Besana mengatakan, pemeriksaan bahan bom harus bisa mengungkapkan siapa yang berada di belakangnya. Kepala polisi nasional Oscar Albayalde menduga ada kelompok militan Abu Sayyaf terlibat.
‘’Mereka ingin mengganggu perdamaian dan ketertiban. Mereka ingin menunjukkan kekuatan dan menabur kekacauan,’’ kata Albayalde.
Diketahui, Jolo merupakan wilayah Abu Sayyaf yang sering melakukan aksi pengeboman dan teror lainnya. Mereka telah berjanji setia kepada ISIS. Kelompok militan ini juga kerap terlibat dalam pembajakan dan penculikan.(jpg)