KUALALUMPUR (RIAUPOS.CO) - ”Saya, Anwar Ibrahim, setelah ditunjuk untuk menjabat sebagai perdana menteri, bersumpah dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan dengan jujur memenuhi tugas itu dengan segala upaya saya dan bahwa saya akan mengabdikan kesetiaan saya yang sebenarnya kepada Malaysia.”
Kalimat yang merupakan sumpah jabatan perdana menteri (PM) Malaysia itu diucapkan Anwar Ibrahim sekitar pukul 17.00 waktu setempat di Istana Negara. Anwar menunggu selama 24 tahun untuk mengucapkannya. Bukan menanti biasa, tapi dengan perjuangan berdarah-darah, keluar masuk penjara.
Anwar kini menjadi PM dari pemerintahan persatuan yang terdiri atas berbagai partai.
”Saya merinding, sungguh. Dia berjuang begitu keras untuk mendapat kesempatan menjadi PM. Saya harap dia bekerja dengan baik dan membuktikan bahwa dia layak,” ujar Norhafitzah Ashruff Hassan, salah satu penduduk Malaysia, seperti dikutip Agence France-Presse.
Senada, mantan Wakil Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) Syed Husin Ali yakin Anwar layak memimpin negara walaupun situasi politik bergolak. Malah, pelantikan Anwar sebagai PM ke-10 mungkin menjadi titik perubahan negara.
”Anwar berhak mendapatkan jabatan ini. Dia telah menunggu sangat lama,” katanya seperti dikutip Malaysiakini.
Ucapan selamat mengalir dari berbagai pihak. Presiden Indonesia Joko Widodo merupakan pemimpin negara pertama yang memberikan ucapan selamat kepada suami Wan Azizah Wan Ismail tersebut.
Anwar sempat menjadi PM sementara pada 1998 ketika Mahathir Mohamad sedang berlibur. Dia digadang akan menjadi pengganti Mahathir. Namun, kebijakan yang berbeda membuat dia didepak dari jabatannya. Anwar bahkan harus keluar masuk penjara dengan berbagai tuduhan. Mulai penyalahgunaan kekuasaan hingga sodomi. Kasus-kasus itu selalu muncul ketika Anwar kembali bersinar di dunia perpolitikan Malaysia.
Sejatinya, dalam Pemilu 2018, koalisi Pakatan Harapan (PH) yang dia pimpin menang suara mayoritas dalam pemilu. Sayang, dia masih berada di balik jeruji besi karena tuduhan sodomi kedua. Mahathir yang kala itu bergabung dengan koalisi PH diangkat sebagai PM dengan perjanjian, yaitu mencari pengampunan raja untuk Anwar dan berbagi kekuasaan: Mahathir 2 tahun dan Anwar 2 tahun.
Namun, Mahathir ingkar dan enggan menyerahkan kursi untuk Anwar. Itu membuat perpolitikan Malaysia bergolak dan perebutan kekuasaan terjadi. Untuk kali pertama PM Malaysia berganti tiga kali dalam tiga tahun.
Dalam pemilu ke-15 yang digelar 19 November lalu, PH kembali menang. Namun, hasilnya tak memuaskan. PH hanya berhasil mendapatkan 82 kursi dari 112 total kursi yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan mayoritas. Kali pertama dalam sejarah Malaysia sejak negara itu merdeka pada 1957, tidak ada satu partai atau koalisi yang mendapatkan suara mayoritas.
Anwar dan pemimpin koalisi Perikatan Nasional (PN) Muhyiddin Yassin yang mendapat 73 kursi berebut kuasa. Raja Malaysia Sultan Abdullah Ahmad Shah menyarankan pembentukan pemerintahan gabungan. Muhyiddin menolak. Dia menyerahkan pernyataan dukungan dari 115 anggota parlemen untuknya. Sebelum pelantikan Anwar digelar, Muhyiddin menggelar konferensi pers untuk mempertanyakan dukungan yang didapatkan Anwar dan alasan Sultan Abdullah memperpanjang deadline pengumpulan dukungan.
New Straits Times melaporkan bahwa Muhyiddin didukung BN, Gabungan Partai Sarawak (GPS), dan Gabungan Rakyat Sabah (GRS). Namun, hanya beberapa jam sebelum deadline, BN mencabut dukungannya dan memilih berdialog dengan PH. Anwar bisa menjadi PM setelah didukung 117 legislator, yaitu dari PH, 28 dari 30 legislator BN, Partai Bangsa Malaysia (PBM), Partai Warisan, serta dua legislator dari GPS.
Sementara itu, dalam konferensi pers pertamanya kemarin, Anwar menyatakan akan memindahkan hari libur nasional menjadi Senin (28/11). Biasanya, sehari setelah pelantikan ada libur nasional.
”Ringgit sudah menguat, begitu juga Bursa Saham Malaysia, maka saya umumkan bahwa besok (hari ini, Red) bukan hari libur, tapi diganti hari Senin berikutnya,” ujar Anwar.
Ketika Anwar dinyatakan sebagai PM terpilih, ringgit menguat 1,8 persen terhadap dolar AS. Itu merupakan kenaikan tertinggi dalam dua bulan terakhir. Anwar menjelaskan bahwa jabatan wakil PM bakal berasal dari komponen terkuat di koalisi, yaitu PH, disusul dengan BN dan GPS. Belum diketahui sosok yang akan dipilih. Tapi, kritikus mempertanyakan pilihan Anwar. Mereka takut yang dipilih adalah politikus BN yang terlibat skandal korupsi. Terkait hal itu, Anwar meminta waktu untuk menjawab lantaran hal tersebut belum dibahas.
Pemimpin 75 tahun itu dikabarkan akan mengambil langkah ekstrem untuk memperbaiki perekonomian di Malaysia. Free Malaysia Today melaporkan bahwa dia akan mengurangi jumlah menteri di kabinetnya serta memotong gaji mereka.
James Chin, seorang profesor studi Asia di University of Tasmania, mengatakan bahwa penunjukan Anwar sebagai PM akan disambut secara internasional. Sebab, secara global dia dikenal sebagai seorang demokrat muslim.
”Tantangan terbesarnya adalah memimpin Malaysia keluar dari kelesuan ekonomi setelah pandemi,” tegasnya.
Sumber: Pontianakpost.jawapos.com
Editor: Eka G Putra