BEIJING (RIAUPOS.CO) – Cina akan terus berjuang melakukan reunifikasi secara damai dengan Taiwan, meski harus menggunakan kekuatan militer.
“Kami akan terus berjuang menyatukan kembali Taiwan, namun kami tidak akan pernah berjanji meninggalkan penggunaan kekuatan karena kami punya pilihan mengambil semua tindakan yang diperlukan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina (MFA) Wang Wenbin di Beijing, Kamis (22/3/2023).
Penggunaan kekuatan itu, sebut Wang, semata-mata diarahkan terhadap campur tangan kekuatan asing dan kelompok separatisme yang berupaya memerdekakan Taiwan.
“Penyebab utama ketegangan di Selat Taiwan saat ini berakar dari otoritas DPP (Partai Progresif Demokrat) yang meminta dukungan Amerika Serikat untuk kemerdekaan Taiwan sehingga beberapa pihak di AS memanfaatkan isu Taiwan untuk menahan (pengaruh) Cina,” ujar Wang.
Jika AS menginginkan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, Wang menyarankan AS agar mematuhi prinsip Satu Cina dan tiga komunike bersama Cina-AS. Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan Cina sangat mungkin memiliki kemampuan menyerang Taiwan pada 2027. Dia menganggap Taipei juga telah memiliki kemampuan dalam membeli teknologi pertahanan dari AS. Kongres AS telah menyetujui dana hibah darurat ke Taiwan sebesar USD 2 miliar per tahun dari 2023 hingga 2027. Menanggapi hal itu, Wang menyatakan Taiwan adalah masalah Cina.
“Ini berarti yang menyelesaikan masalah Taiwan adalah rakyat Cina. AS harus berhenti mencampuri masalah Taiwan agar tidak menimbulkan ketegangan baru di Selat,” kata Wang dalam pengarahan pers rutin. Wang juga menentang keras pertemuan pemimpin Taiwan Tsai Ing Wen dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.
“Kami menentang keras semua bentuk kontak AS dengan Taiwan karena melanggar prinsip Satu Tiongkok,” tegas Wang.
Wang berpandangan bahwa pertemuan Tsai bukan sekadar transit dalam kunjungannya ke Amerika Latin, melainkan upaya mempropagandakan kemerdekaan Taiwan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman