Azan Berkumandang di Seluruh Negeri

Internasional | Sabtu, 23 Maret 2019 - 09:03 WIB

Azan Berkumandang di Seluruh Negeri
SALAT JUMAT: Masyarakat melaksanakan Salat Jumat di Hagley Park, Christchurch pascasepekan penembakan oleh teroris yang menewaskan 50 orang di dua masjid, Selandia Baru, Jumat (22/3/2019). (REUTERS/AFP)

CHRISTCHURCH (RIAUPOS.CO) - Kemarin, tepat tujuh hari pascaaksi penembakan yang terjadi di dua masjid Christchurch, Selandia Baru, pemerintah setempat menggelar upacara peringatan di Hagley Park. Saat itu suara azan ikut dikumandangkan.

Masih teringat Jumat (16/3) pekan lalu, Brenton Tarrant membabi buta menembaki jamaah Masjid Al-Noor jelang Salat Jumat. Dia menyusuri lorong masjid sampai ruang salat sambil terus memberondongkan peluru. Seketika, jamaah saat itu langsung semburat.

Baca Juga :Hamas Desak ICC Tuntut Israel Bertanggung Jawab atas Kejahatan Perang dan Genosida di Gaza

Rentetan tembakan dari moncong senjata Tarrant menewaskan 41 orang. Termasuk satu warga negara Indonesia Lilik Abdul Hamid. Lilik sudah 16 tahun tinggal di Christchurch. Pria asal Medan itu bekerja sebagai teknisi pesawat Air New Zealand.

Di Masjid Lindwood, tiga orang pelaku teror lainnya melakukan aksi serupa. Aksi mereka menewaskan delapan orang di tempat. Dua WNI menjadi korban selamat meski mengalami luka tembak. Yakni, Zulfirman Syah dan anaknya, Omar Rois.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern bersama sejumlah menteri lainnya turut hadir dalam acara peringatan tersebut. Tidak ketinggalan, para Duta Besar (Dubes) negara Islam. Termasuk Dubes Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya.

Para petinggi negara tersebut larut dalam suasana berkabung bersama ratusan warga Christchurch yang memadati taman kota itu. Mengheningkan cipta berlangsung pukul 1.32 waktu setempat selama dua menit. Suara adzan kemudian dikumandangkan. ”Disiarkan langsung oleh TVNZ dan Radio New Zealand ke seluruh pelosok negeri,” ucap Tantowi saat dihubungi kemarin.

Pria kelahiran Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan itu terharu. Menyaksikan dukungan warga Selandia Baru terhadap umat Islam yang sedang berduka. ”Mereka datang dengan cinta dan doa. Untuk menghargai umat muslim, perempuan asli Selandia Baru yang datang mengenakan penutup kepala dan hijab,” terang Dubes 58 tahun itu.

Pada peringatan tersebut warga pria Selandia Baru dengan spontan menampilkan tarian haka. Sebuah tarian seruan perang dari Suku Maori, Selandia Baru. Gerombolan pria itu berkumpul dengan mata melotot. Lalu, menyanyikan nada-nada garang dengan memukul-mukul dada mereka.

Kemudian, mereka menghentak-hentakan kaki berirama. Sambil menjulurkan lidah yang disertai teriakan. Melalui tarian itu mereka meluapkan emosi memerangi aksi terorisme yang mengganggu perdamaian di negaranya.

Mereka ingin menunjukkan solidaritas, cinta, dan kasih sayang. Haka digunakan untuk mengangkat semangat keluarga korban yang sedang berduka. ”Iya kami tidak takut melawan teroris,” tegas Koordinator Fungsi Penerangan Sosial, Budaya, dan Pendidikan KBRI Wellington Adek Triana Yudhaswari.

Acara memorial tersebut sekaligus mengakhiri masa berkabung di Selandia Baru. Khususnya, Kota Christchurch. ”Kita harus move on. Tidak boleh larut dalam suasana sedih yang berkepanjangan,” ucap Adek.

Hingga kemarin, situasi di Christchurch sudah kembali normal. Sekolah dan fasilitas publik sudah digunakan seperti biasa. Penjagaan ketat oleh aparat kepolisian setempat di masjid-masjid Christchurch tidak lagi dilakukan.

Kenakan Hijab Dukung Muslim

Sementara itu para perempuan mengenakan hijab untuk menunjukkan dukungan mereka bagi umat Islam. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memimpin ribuan pelayat yang berkumpul di Hagley Park di depan Masjid Al Noor, tempat sebagian besar korban meninggal.

Gerakan #headscarfforharmony, diluncurkan oleh seorang dokter Auckland, mendorong orang untuk mengenakan hijab untuk menunjukkan dukungan mereka bagi komunitas Muslim. Robyn Molony (65) bersama sekelompok teman mengenakan hijab di Hagley Park, tempat mereka berjalan setiap hari.

“Kami mengenakan hijab yang menunjukkan dukungan, cinta, dan solidaritas kami, dan berharap bahwa setiap orang yang melakukan ini akan menunjukkan kepada wanita Muslim, bahwa mereka menyatu dengan kami,” katanya dilansir dari Reuters pada Jumat (22/3).

Selain itu, foto-foto Ardern yang berduka mengenakan kerudung hitam ketika ia mengunjungi keluarga para korban sehari setelah serangan itu juga terlihat di seluruh dunia.

Perlu diketahui, sebagian besar korban penembakan terburuk yang menewaskan 50 orang di Selandia Baru adalah migran atau pengungsi dari negara-negara seperti Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, Turki, Somalia, Afghanistan, dan Bangladesh. Muslim berjumlah lebih dari satu persen dari populasi Selandia Baru.(han/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook