Fakta-Fakta Rumah Sakit Indonesia di Gaza Jadi Target Israel

Internasional | Rabu, 22 November 2023 - 01:00 WIB

Fakta-Fakta Rumah Sakit Indonesia di Gaza Jadi Target Israel
Asap mengepul setelah serangan Israel di dekat Rumah Sakit Indonesia. (SKY NEWS)

GAZA (RIAUPOS.CO) - Pertempuran sengit dilaporkan terjadi di sekitar Rumah Sakit Indonesia di Gaza pada Senin (20/11/2023). Sekitar 700 orang termasuk staf medis dan orang-orang di dalam Rumah Sakit Indonesia di Gaza mengalami luka. Berikut fakta-faktanya.

 


1. Tank-tank Israel beroperasi kurang dari 200 meter dari rumah sakit

Dilansir dari Al Jazeera, tank-tank Israel mengepung rumah sakit di Gaza utara, setelah tembakan artileri menewaskan sedikitnya 12 orang Palestina di dalam kompleks tersebut. Sebuah rudal menghantam lantai dua Rumah Sakit Indonesia, menewaskan sedikitnya 12 orang, menurut seorang pekerja medis di dalam fasilitas tersebut dan Kementerian Kesehatan Gaza.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa situasinya sangat buruk.

"Staf Rumah Sakit Indonesia bersikeras bahwa mereka akan tetap tinggal untuk merawat yang terluka. Ada sekitar 700 orang, termasuk staf medis dan korban luka-luka, di dalam rumah sakit," katanya.

Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan bahwa pihaknya telah kehilangan kontak dengan tiga relawan Indonesia di rumah sakit tersebut yang merupakan bagian dari kelompok yang mendirikan fasilitas tersebut pada tahun 2016 dengan dana dari negara.

Marwan Abdallah, seorang pekerja medis di Rumah Sakit Indonesia, mengatakan bahwa tank-tank Israel beroperasi kurang dari 200 meter dari rumah sakit, dan penembak jitu Israel dapat terlihat di atap-atap bangunan di dekatnya.

Seorang pekerja medis lainnya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa penembakan sangat intens dan tidak pandang bulu di gedung rumah sakit, di pintu masuk dan di jendela. Menurut petugas medis tersebut, semua orang di rumah sakit telah berkumpul di tengah-tengah bangunan utama.

 

2. Letak Rumah Sakit Indonesia

Rumah Sakit Indonesia terletak di Beit Lahiya, sebuah kota berpenduduk sekitar 90.000 jiwa di utara Gaza. Rumah sakit ini berdiri di atas tanah seluas 16.000 meter persegi yang disumbangkan oleh pemerintah Gaza pada tahun 2011.

Rumah sakit ini telah menampung ratusan pengungsi yang mencari perlindungan di sana. Rumah sakit ini juga dekat dengan kamp pengungsi Jabalia.

Daerah di sekitar rumah sakit telah diserang beberapa kali oleh pasukan Israel, dengan setidaknya dua warga sipil terbunuh dalam serangan tersebut antara 7 Oktober dan 28 Oktober, menurut Human Rights Watch.

 

Rumah sakit ini menghabiskan biaya pembangunan hampir USD 8 juta. Pembangunan rumah sakit ini didanai oleh sumbangan dari warga negara Indonesia bersama dengan berbagai organisasi termasuk Palang Merah Indonesia dan Muhammadiyah, salah satu organisasi Muslim terbesar di Indonesia.

 

3. Israel tuding Hamas gunakan rumah sakit

Israel telah lama menuduh Hamas menggunakan rumah sakit dan tempat-tempat sipil lainnya untuk mendirikan pos komando dan menyembunyikan senjata. Tentara Israel sebelumnya mengatakan bahwa mereka yakin Rumah Sakit Indonesia dibangun di atas sistem terowongan Hamas, dalam tuduhan yang sama dengan yang dilontarkan Israel terhadap Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza. Al-Shifa, rumah sakit utama di Jalur Gaza, telah menjadi sorotan selama berminggu-minggu setelah menjadi sasaran pengeboman Israel.

 

4. Serangan Israel terhadap rumah sakit muncul sebagai motif konflik

Enam minggu setelah perang di Gaza, serangan Israel terhadap rumah sakit telah muncul sebagai motif konflik. Sedikitnya 21 dari 35 rumah sakit di Gaza - termasuk pusat kanker satu-satunya di Jalur Gaza benar-benar tidak berfungsi, dan rumah sakit lainnya telah rusak serta kekurangan obat-obatan dan pasokan penting.

Menurut seorang jurnalis, Taghreed El-Khodary mengatakan bahwa Israel 'meyakinkan' dunia bahwa Rumah Sakit al-Shifa adalah markas Hamas karena itu adalah rute termudah bagi mereka untuk menginvasi Gaza.

"Mereka tahu bahwa itu adalah bagian yang paling aman untuk pergi dan memaksakan semacam markas militer bagi mereka di Kota Gaza," kata El-Khodary kepada Al Jazeera.

"Mereka tidak bisa datang dari arah timur. Sekarang inilah yang mereka lakukan, pergi ke Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya untuk juga memaksakan markas lain bagi mereka untuk menyerang dan membunuh lebih banyak warga sipil," tambah El-Khodary kepada Al Jazeera.

Menurut Omar Rahman, seorang rekan di Dewan Timur Tengah untuk Urusan Global yang berbasis di Doha, ini adalah bentuk perang psikologis.

"Menyerang rumah sakit sama saja memberitahu penduduk bahwa tidak ada tempat yang aman bagi (warga Palestina)," kata Rahman kepada Al Jazeera, seraya menambahkan bahwa Israel bertindak dengan kekebalan hukum.

Tahani Mustafa, seorang analis senior Palestina di International Crisis Group, mengatakan bahwa tindakan membuat warga Palestina merasa tidak aman di setiap fasilitas di Jalur Gaza adalah untuk memadamkan segala bentuk perlawanan.

"Ini adalah bagian dari pola pelecehan yang sudah berlangsung lama terhadap staf dan layanan medis," kata Mustafa kepada Al Jazeera.

"Karena Israel menunjukkan kepada warga Palestina bahwa tidak ada seorang pun dan tidak ada tempat yang aman," tambah Mustafa.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook