KUALA LUMPUR (RIAUPOS.CO) - Mahathir Mohamad mengungkap pengakuan terbaru soal pengunduran dirinya sebagai perdana menteri Malaysia pada 24 Februari lalu.
Dia mundur tidak terkait dengan koalisi Pakatan Harapan yang menginginkan Anwar Ibrahim mengambil alih jabatan PM, tapi karena hilangnya kepercayaan kepada partainya, Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu).
Setelah pengunduran diri, Mahathir dan Anwar Ibrahim pecah kongsi. Mereka tidak dapat mengumpulkan cukup suara di parlemen untuk menjadi perdana menteri selanjutnya.
Dalam tulisan di blog, Sabtu (21/11/2020), Mahathir menjelaskan, pada 23 Februari, Bersatu melawan Anwar dengan keluar dari koalisi Pakatan Harapan yang menjadi penyebab runtuhnya koalisi pemerintahan.
Keputusan untuk keluar dari koalisi, kata Mahathir, bukan datang darinya, melainkan ketua partai Muhyiddin Yassin yang kini menjabat perdana menteri.
"Pada 23 Februari, saya memberi tahu Presiden Bersatu Muhyiddin Yassin bahwa idenya tentang Bersatu meninggalkan Pakatan harus ditunda karena Pakatan masih mendukung saya," kata Mahathir, seperti dilaporkan kembali The Star.
“Ketika Majelis Tinggi Bersatu bertemu setelah pertemuan saya dengan Muhyiddin dan teman-teman, saya minta agar mereka menunda keluar dari Pakatan. Saya menyarankan agar kita menunggu dan melihat reaksi Pakatan," ujarnya, menambahkan.
Namun Majelis Tinggi menolak masukannya dan setuju bahwa partai harus keluar dari koalisi Pakatan Harapan.
“Bagi saya, ini keputusan terakhir. Artinya, kepercayaan kepada saya sebagai ketua sudah tidak ada lagi. Ini juga berarti Bersatu telah meninggalkan Pakatan dan pemerintahan runtuh," katanya.
Hilangnya kepercayaan tersebut membuat Mahathir tidak bisa lagi menjadi Ketua Partai Bersatu. Dengan kata lain, dia tidak bisa menjadi perdana menteri lagi.
Sumber: The Star/News/Bernama/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun