KIEV (RIAUPOS.CO) - Pada Rabu (20/9) menjadi pertama kalinya untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai invasi Moskow ke negaranya ketika Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia menolak kehadirannya di awal pertemuan.
Perdana Menteri Albania, Edi Rama yang menjabat sebagai presiden pada sesi tersebut, menanggapi dengan sindiran terhadap Moskow, yang telah lama mengatakan bahwa invasi tersebut tidak berarti perang, melainkan 'operasi militer khusus'.
"Saya ingin meyakinkan rekan-rekan kami di Rusia dan semua orang di sini bahwa ini bukan operasi khusus yang dilakukan oleh kepresidenan Albania," kata Rama, yang dikenal karena selera humor yang tajam.
"Ada solusi untuk ini," lanjut Rama, berbicara langsung kepada Nebenzia.
"Jika Anda setuju, Anda menghentikan perang dan Presiden Zelenskyy tidak akan mengambil tindakan."
Nebenzia tidak setuju. Dia melanjutkan dengan mengatakan sesi tersebut hanyalah sebuah pertunjukan dan mengkritik Rama karena apa yang dia katakan membuat pernyataan bermuatan politik daripada bertindak sebagai penjaga prosedur yang netral.
Setelah sesi tersebut, Zelenskyy mengucapkan terima kasih kepada Rama di media sosial dan mengatakan bahwa Rama, yang merupakan seorang seniman dan mantan pemain bola basket, 'menunjukkan kepada dunia bagaimana menangani Rusia dengan benar, kebohongannya, dan kemunafikannya'.
Dalam upaya untuk membenarkan invasinya, Moskow mengatakan ambisi Ukraina untuk berintegrasi dengan Barat, termasuk NATO, menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional Rusia, sebuah pernyataan yang dibantah oleh Kiev dan sekutunya sebagai dalih yang tidak berdasar untuk menyerang.
Ketika diberikan kesempatan setelah perdebatan sengit, Zelenskyy meminta Rusia dicabut hak vetonya sebagai salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB pasca Perang Dunia Kedua sebagai hukuman karena menyerang Ukraina.
Muncul di ruangan setelah Zelenskyy pergi, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov membela penggunaan veto oleh Moskow sebagai hal yang sah, dan menuduh Kyiv dan negara-negara Barat secara selektif mengikuti prinsip-prinsip Piagam PBB 1945 hanya jika hal tersebut cocok untuk kepentingan mereka.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman