SINGAPURA (RIAUPOS.CO) - Dalam 12 edisi Piala AFF sebelumnya, Indonesia hanya empat kali gagal ke semifinal. Dan, dari delapan kali lolos ke empat besar tersebut, Timnas hanya tiga kali gagal melaju ke babak akhir. Kini Timnas kembali membuka peluang melaju ke final.
Berkat kemenangan 4-1 atas Malaysia malam tadi di Stadion Nasional, Singapura, Asnawi Mangkualam dkk lolos ke semifinal dengan status juara Grup B. Tim asuhan Shin Tae-yong (STY) itu akan berhadapan dengan runner-up Grup A, Singapura, yang juga tuan rumah di edisi ini.
Sementara itu, semifinal satunya mempertemukan juara Grup A Thailand dengan runner-up Grup B Vietnam.
Keberhasilan Indonesia malam tadi, menurut STY, tak terlepas dari mentalitas yang tangguh. Tertinggal lebih dulu setelah Kogileswaran Raj (13) membobol gawang Nadeo Argawinata. Indonesia yang sejatinya hanya perlu hasil imbang untuk lolos tampil berani dengan bermain terbuka, menekan, dan dalam tempo tinggi. Buntutnya, lahirlah dua gol dari Irfan Jaya (36, 43), Pratama Arhan (50), dan Elkan Baggott (82). Gol Baggott itulah yang menjadi penentu keunggulan Indonesia atas Vietnam di klasemen sementara. Meski sama-sama mencatat goal difference 9, Indonesia mencatat gol lebih banyak (13 gol).
"Sebelum pertandingan ada team meeting. Jadi, kami tegaskan kepada pemain, walaupun kemasukan gol lebih dulu, jangan bernafsu dan harus menerapkan strategi yang sudah disiapkan," bebernya saat jumpa pers virtual pascapertandingan, kemarin.
Hasilnya pun memuaskan. Lini serang Indonesia begitu garang.
"Pemain sangat semangat dan lebih percaya diri," katanya.
Dalam empat laga di fase grup, STY tidak pernah menurunkan susunan pemain yang sama. Kapten Evan Dimas, misalnya, tidak menjadi starter di dua laga terakhir. Duet bek tengah Fachrudin Aryanto-Rizky Ridho yang tampil bagus melawan Vietnam diganti Fachrudin-Alfeandra Dewangga. STY mengakui bahwa memainkan susunan pemain yang berbeda menjadi strategi tersendiri.
"Sebagai tim, kalau kami sering mengubah formasi, lawan pun susah membaca dan menganalisis tim kami," ujarnya.
Meskipun, sambung dia, dari sisi taktikal tim diakuinya juga cukup kesulitan karena selalu menerapkan gaya main yang berbeda. Karena itu, penting baginya menjaga komunikasi dan menjelaskan secara detail mengenai strategi yang bakal digunakan. "Saya mengubah sedikit demi sedikit (starting eleven). Memang ini bergantung kelemahan dan kelebihan pemain kita," ucapnya.
Sebelumnya, pelatih Malaysia Tan Cheng Hoe memang mengakui sulit memperkirakan apakah Indonesia tampil ofensif seperti di dua laga awal menghadapi Kamboja dan Laos atau bakal defensif seperti ketika melawan Vietnam. Itu disebabkan STY selalu menurunkan komposisi pemain berbeda di tiap laga. Tan juga merasa kecewa dengan hasil yang didapat pasukannya. Menurut dia, di awal laga, anak asuhnya sudah cukup baik menjalankan strategi dengan bermain menyerang.
"Target kami di laga ini memang tiga poin dan harus menyerang," bebernya.
Namun, setelah mencetak gol lebih dulu, dia menilai pemainnya melakukan banyak kesalahan sendiri. Selain itu, transisi permainan dari menyerang ke bertahan tidak bagus yang akhirnya dihukum karena Indonesia memiliki banyak pemain dengan kecepatan tinggi. Terutama di sisi sayap.
"Kami banyak kemasukan gol karena blunder pemain," katanya, lemas.
STY menyebutkan, dirinya mengincar menjadi juara Grup B. Namun, sejak awal, dia juga menyadari bahwa ambisi itu bakal sulit diwujudkan karena sudah menduga Vietnam pasti menang mudah lawan Kamboja. "Beruntung, pemain dikatakannya terus kerja keras untuk membuat gol demi gol," katanya.
Sebagai bentuk dukungannya kepada pemain yang berjuang di lapangan, dia tidak pernah duduk sepanjang pertandingan dan selalu berada di sisi lapangan. "Saya harus menunjukkan kepada pemain untuk terus berjuang dan mendapatkan kemenangan," tegasnya.
Dia berharap pemain bisa terus menjaga semangatnya untuk berjuang di semifinal dengan intensitas pertandingan yang lebih tinggi dan menjaga asa untuk ke final serta merebut gelar.(raf/c7/ttg/jpg)