GAZA (RIAUPOS.CO) - Belum lama ini, Presiden Amerika serikat Joe Biden melakukan perjalanan ke Israel, setibanya di Tel Aviv dia disambut pelukan hangat Benyamin Netanyahu. Pada saat bersamaan terjadi pengeboman rumah sakit Al-Ahli Al Ma'madani Arab di Kota Gaza, Palestina.
Pengeboman itu menewaskan 500 lebih waga Palestina, di antaranya anak-anak, pasien, dan dokter yang menjadi korban jiwa. Serangan brutal Israel ini bertentangan dengan hukum humaniter internasional atau kerap disebut sebagai hukum perang yang mesti dipatuhi saat dilanda konflik bersenjata.
Diketahui hukum ini bertujuan untuk melindungi kemanusiaan dari kejahatan perang. Israel melanggar pasal 52 hukum internasional yang melarang serangan terhadap masyarakat sipil di Gaza.
Serangan ini juga melanggar Konvensi Jenewa II dan Protokol Tambahan Pertama yang mengatur perlindungan terhadap personel medis, layanan medis sipil, dan rumah sakit. Dokter Ibrahim Al-Naqa mengatakan mengenai serangan pemboman Israel.
"Tanpa peringatan, rumah sakit ini menjadi sasaran. Kami tidak tahu apa sebutan dari peluru tersebut, namun kami melihat akibat yang ditimbulkan ketika peluru tersebut mencabik-cabik tubuh mereka." ucapnya dilansir dari Reuters
Pasca konflik meletus, Israel telah mengebom 23 ambulans dan 22 rumah sakit serta fasilitas kesehatan di Gaza. Bom yang menyerang rumah sakit Baptis Gaza dikabarkan adalah senjata produk AS atau MK-84 Amerika. Bom yang memiliki berat 910 kg dan dilengkapi Joint Direct Attack Munition (JDAM).
Menurut seorang pensiunan perwira militer dan spesialis persenjataan, Engit Yigit mengatakan mengenai MK-84, JDAM adalah jenis peralatan yang memungkinkan pengiriman bom secara tepat sasaran. Bom ini memiliki sensor jarak.
"Serangan rumah sakit di Gaza mungkin serupa, seberapa tinggi ledakan dapat diatur oleh pemakai."
Sementara seorang peneliti senior Murat Aslan mengatakan, dalam serangan yang menargetkan wilayah berpenduduk sensor jarak dapat ditunda waktunya untuk meledak 50-100 meter di atas tanah sebelum mengenai sasaran.
"Melihat daerah yang terkena dampak ledakan dan jejak yang tertinggal di tanah setelah ledakan dalam serangan di RS Baptis Al Ahli, dapat diduga bahwa amunisi tersebut meledak sebelum waktunya untuk mencapai ledakan di udara dengan dampak yang lebih besar. Hal ini tampaknya memastikan area efek ledakan yang lebih luas," tambahnya.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf Al-Qidra menyatakan terkait pemboman di RS Baptis sebagai pembantaian abad 21.
"Pembantaian yang dilakukan Israel di Rumah Sakit Baptis adalah pembantaian abad ke-21 dan merupakan kejahatan lanjutannya sejak Nakba pada tahun 1948," pungkas Ashraf Al-Qidra.
Dalam kunjungan Joe Biden ke Israel, nampak mesra dia dengan Benyamin Netanyahu berpelukan. Di sisi lain, serangan militer Israel makin brutal dan terang-terangan melakukan genosida bagi masyarakat sipil Palestina.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman