YERUSALEM (RIAUPOS.CO) – Serangan Israel kepada warga Palestina di Masjid Al-Aqsa menodai sucinya bulan Ramadan. Serangan yang menewaskan 6 jiwa dan melukai 154 warga Palestina itu disebut sebagai tindakan terorisme.
Bentrokan pecah saat Jumat (15/4/2022) lalu di Masjid al-Aqsa. Gelombang kekerasan terjadi saat Israel menindak militan dan aktivis menyusul serangkaian serangan teroris paling mematikan yang terjadi di Israel dalam beberapa tahun terakhir.
Video di media sosial menunjukkan pasukan Israel menggunakan gas air mata dan granat di tempat suci untuk membubarkan kerumunan massa. Petugas medis mengatakan setidaknya 154 warga Palestina dan tiga petugas polisi terluka, menurut laporan media setempat.
Israel mengatakan akan melarang warga Palestina masuk dari Tepi Barat mulai Jumat sore hingga Sabtu. Tentara mengatakan sedang mengerahkan pasukan tambahan ke Tepi Barat. Orang-orang Palestina yang tewas dalam serangan Kamis termasuk dua pemuda dari daerah Jenin.
Gelombang kekerasan datang ketika pemerintah Israel menghadapi prospek pemilihan umum baru setelah kehilangan mayoritas parlemen yang rapuh. Pemimpin satu-satunya partai Arab yang merupakan bagian dari koalisi pemerintahan, Daftar Bersatu Arab, memperingatkan bahwa serbuan polisi Israel ke masjid dapat membuat mereka menarik diri dari kemitraan.
“Tidak ada pertimbangan politik dalam hal al-Aqsa,” kata Ketua UAL Mansour Abbas dalam sebuah wawancara radio.
Dilansir dari Washington Post, Ahad (17/4/2022), Perdana Menteri Israel Naftali Bennett bersumpah untuk membasmi terorisme ini. Penembakan Tel Aviv menyusul tiga serangan lainnya, yang dilakukan oleh warga Palestina dari Tepi Barat dan dari Israel, yang menewaskan 13 orang.
Sejak bulan lalu, Israel telah menggandakan jumlah batalyon yang dimaksudkan untuk memperkuat tentara di Tepi Barat, serta di sepanjang perbatasan Israel dengan Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Pasukan Israel telah menyisir kota-kota dan desa-desa di Tepi Barat untuk mencari tersangka atau kaki tangan yang terkait dengan serangan Palestina baru-baru ini. Di Israel, pasukan keamanan menginterogasi puluhan warga Palestina karena dicurigai memiliki hubungan dengan kelompok militan Negara Islam.
Empat warga Palestina lainnya tewas dalam operasi Rabu malam di dekat kota Ramallah, Nablus dan Betlehem, Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Tak hanya tahun ini, kekerasan di tempat suci yang sama tahun lalu juga terjadi. Polisi Israel memasuki masjid untuk memerangi pengunjuk rasa, menyebabkan serangan udara dua minggu di Jalur Gaza di dekatnya.
Hizbullah Sebut Israel Teroris
Kelompok perlawanan Lebanon dan Yaman juga menyebut serangan Israel sebagai mesin terorisme rezim Israel, ketika Israel meningkatkan kebiadabannya terhadap warga Palestina di Masjid al-Aqsa dan di tempat lain di wilayah pendudukan.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Sabtu, (16/4/2022), gerakan perlawanan Lebanon Hizbullah menyatakan solidaritas dengan pemberontakan rakyat Palestina di al-Quds yang diduduki melawan penjajah.
“Hizbullah mengecam keras invasi pasukan pendudukan Israel ke halaman Masjid al-Aqsha, serangan brutal mereka terhadap jamaah Palestina, dan perilaku agresif mereka terhadap penduduk al-Quds, serta menyiksa dan merusak properti,” kata kelompok itu, menurut situs berita al-Ahed Lebanon.
Praktik semacam itu, kata Hizbullah, merupakan pelanggaran berat terhadap kesucian Masjid al-Aqsha. Serangan Israel dinilai melukai lebih dari satu miliar Muslim di seluruh dunia, dan memprovokasi semua orang yang mencari kebebasan di dunia.
Gerakan perlawanan Lebanon juga mendesak Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Liga Arab, dan negara-negara dan masyarakat Arab dan Islam untuk bertindak.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman