Korut Perangi Covid dengan Antibiotik

Internasional | Selasa, 17 Mei 2022 - 09:30 WIB

Korut Perangi Covid dengan Antibiotik
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengenakan masker di tengah wabah Covid-19 saat memeriksa apotek di Pyongyang, Ahad (15/5/2022). (REUTERS)

PYONGYANG (RIAUPOS.CO) – Media Pemerintah Korea Utara mendorong para penderita Covid-19 untuk menggunakan obat penghilang rasa sakit dan penurun demam seperti ibuprofen, amoksisilin, dan antibiotik lainnya. Itu karena negara berhaluan komunis tersebut saat ini kekurangan pasokan vaksin Covid-19.

Media juga merekomendasikan pasien untuk menggunakan ramuan rumahan seperti berkumur air garam, minum teh lonicera japonica atau teh daun willow tiga kali sehari. "Perawatan tradisional adalah yang terbaik," kata seorang perempuan kepada media negara ketika suaminya mengatakan bahwa anak-anak mereka berkumur dengan air asin setiap pagi dan malam.


Seorang lansia di Pyongyang mengatakan dia telah dibantu oleh teh jahe dan keberadaan ventilasi kamarnya. "Saya awalnya takut dengan Covid, tetapi setelah mengikuti saran dokter dan mendapatkan perawatan yang tepat, ternyata bukan masalah besar," ujar dia dalam wawancara yang disiarkan televisi.

Korut adalah satu dari dua negara yang belum memulai vaksinasi Covid-19 dan hingga pekan lalu bersikeras bahwa negaranya bebas virus korona. Saat ini, dengan para petugas kesehatan memakai hazmat dan masker, Korut memobilisasi pasukan termasuk tentara dan kampanye informasi publik untuk memerangi apa yang diakui pihak berwenang sebagai ledakan wabah.

Dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah pada Senin, Wakil Menteri Kesehatan Masyarakat Kim Hyong Hun mengatakan negara itu telah beralih dari karantina ke sistem perawatan untuk menangani ratusan ribu kasus dugaan demam yang dilaporkan setiap hari.

Ketika kantor berita negara KCNA melaporkan 392.920 kasus demam dan delapan kematian di Korut pada Ahad, pemimpin Kim Jong Un memerintahkan korps medis tentara untuk membantu menstabilkan pasokan obat, terutama di Pyongnyang, yang tampaknya menjadi pusat wabah.

KCNA melaporkan penghitungan kumulatif penderita demam mencapai 1.213.550 orang dengan 50 kematian, tetapi tidak mengatakan berapa banyak infeksi yang dicurigai telah dites positif Covid.

Pihak berwenang mengatakan sebagian besar kematian disebabkan oleh orang-orang yang "ceroboh dalam mengonsumsi obat-obatan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman"  tentang varian Omicron dan metode pengobatan yang benar.(jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook