GAZA CITY (RIAUPOS.CO) – Video berdurasi singkat itu sudah cukup menjadi bukti kebrutalan serangan Israel di Gaza. Video yang telah diverifikasi BBC tersebut menunjukkan serangan misil Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada konvoi penduduk menuju wilayah yang berbatasan dengan Mesir.sebagaimana yang dikutip BBC.
Hingga Ahad (15/10), IDF terus membombardir Jalur Gaza dari udara. Di saat bersamaan, tank-tank mereka sudah bersiap di perbatasan dan tinggal menunggu perintah untuk menyerang masuk. Sebagai sekutu utama Israel, AS mengirimkan kapal induk kedua mereka, yaitu USS Eisenhower, untuk menuju Laut Mediterania dekat dengan Israel.
Sebelumnya, AS mengirimkan kapal induk USS Ford. ”Ini adalah bagian dari upaya kami untuk mencegah tindakan permusuhan terhadap Israel atau upaya apa pun untuk memperluas perang ini setelah serangan Hamas,” ujar Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin sebagaimana yang dikutip The Guardian.
Tidak semua penduduk Gaza mengungsi setelah peringatan Israel. Banyak yang memilih untuk tinggal di rumah. Mereka yang memilih tinggal itu merasa tidak ada tempat yang aman lagi. Sebab, sekolah, rumah sakit, dan gedung-gedung milik PBB juga tidak luput dari serangan bom IDF.
”Ini adalah Nakba kedua. Namun, penjajah (Israel, red) harus memahami bahwa kami akan terus tetap berakar di tanah kami serta membela hak-hak kami atas kebebasan, perdamaian, dan keamanan,” tegas salah seorang penduduk Gaza kepada Al Jazeera.
Nakba merujuk pada peristiwa pada 1948 ketika milisi dan tentara Israel yang baru dibentuk menghancurkan lebih dari 500 desa dan kota di Palestina. Ribuan orang terbunuh. Lebih dari 750 ribu warga Palestina terusir dari tanah mereka dan terpaksa mengungsi.
Orang-orang Palestina menyebut periode tersebut sebagai Nakba atau malapetaka. Saat itu pun tidak ada yang dibiarkan selamat dari serangan Israel, baik itu perempuan, anak-anak, maupun orang lanjut usia. Mereka yang mengungsi pada 1948 itu tidak pernah bisa kembali ke tanah mereka. Israel sudah merebutnya.
Bagi mereka yang melarikan diri atas perintah Israel, kemungkinan terulangnya kejadian serupa tampak nyata.
”Tampaknya, mereka di Tel Aviv melihat apa yang terjadi sebagai peluang bersejarah bagi rencana Nakba (kedua),” ujar Younis Tirawi, reporter Palestina.
Kekerasan juga terjadi di Tepi Barat, Palestina. Sejak serangan Hamas, setidaknya 54 warga Palestina di Tepi Barat tewas dan lebih dari 1.100 orang lainnya luka-luka. Israel membuat ratusan tempat pengecekan dadakan di wilayah pendudukan Tepi Barat. Pasukan IDF yang ditempatkan di sana maupun penduduk sipil Israel yang tinggal di Tepi Barat berbuat kian brutal kepada warga Palestina.
IDF mengonfirmasi jumlah tawanan yang masih disandera Hamas mencapai 126 orang. Hamas sebelumnya mengklaim 13 tawanan tewas akibat serangan udara Israel. Sebagian tawanan adalah orang asing. Total pasukan IDF yang tewas sejak serangan Hamas adalah 279 orang dan lebih dari 1.300 warga sipil. Sementara di Gaza, jumlah korban tewas mencapai 2.300 orang.
Saat ini demo mendukung Palestina dan mengecam Israel terjadi di berbagai negara. Di Inggris, puluhan ribu orang turun ke jalan meminta kebebasan Palestina. Aksi terjadi di London, Manchester, Liverpool, Edinburgh, Glasgow, dan Aberdeen. Aksi serupa terjadi di AS, Denmark, Jerman, Bangladesh, Indonesia, dan Sri Lanka. Di Prancis, pemerintah sampai mempersiapkan ribuan polisi untuk menjaga situasi.
Evakuasi WNI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) melalui perwakilan RI di luar negeri terus berupaya mengeluarkan WNI dari wilayah Palestina dan Israel. Kemarin (15/10) empat WNI yang berhasil dievakuasi Kemenlu dan KBRI Amman dari wilayah Tepi Barat dan sekitarnya tiba di Jakarta.
Juru Bicara Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal mengungkapkan, proses evakuasi dilakukan sejak 13 Oktober melalui jalur darat. Yakni, dari safe house di Jerusalem melalui Jordan River Border menuju Amman. ”Saat ini tercatat 136 WNI masih berada di wilayah Tepi Barat dan sekitarnya. Mereka memilih untuk tetap tinggal di lokasi masing-masing,” ujarnya.
Pemerintah terus mengupayakan evakuasi 10 WNI dari wilayah Jalur Gaza. Dia mengakui, kerawanan situasi keamanan membuat proses evakuasi WNI dari Jalur Gaza harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Koordinasi intensif dengan berbagai pihak terkait pun terus dilakukan. ”Hingga saat ini, tidak ada WNI yg menjadi korban,” ungkapnya.
Terpisah, Ketua Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina (PPIP) Din Syamsuddin menyatakan, rencana Israel menyerang Gaza dan mengusir jutaan rakyat Palestina dari kampung halamannya akan memicu perang regional, bahkan global.
Terlebih adanya standar ganda Amerika Serikat yang mendukung Israel dengan memberi bantuan persenjataan dan menghadirkan kapal induk serta sikap tegas Presiden Rusia Vladimir Putin yang mendukung Palestina dengan Ibu Kota Jerusalem berpotensi mendorong perang dunia baru.
”Saatnya dunia Islam, khususnya dunia Arab, untuk mengambil sikap tegas dan jelas. Mendukung Palestina baik atas dasar keagamaan maupun kemanusiaan,” tuturnya.
Dia mendesak OKI bertindak, baik melalui diplomasi dengan mendesak PBB bersikap fungsional dan efektif menegakkan perdamaian dan keadilan maupun menyiapkan pertahanan diri lewat perang jika diperlukan.(mia/sha/c14/fal/jpg)