JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence pada Kamis (14/1) waktu setempat berjanji untuk menegakkan sejarah AS. Pence mendukung pemakzulan Donald Trump untuk kedua kalinya. Selain itu, juga memastikan pelantikan dan transisi kekuasaan yang aman kepada presiden terpilih Joe Biden.
Pernyataan Pence itu disampaikan delapan hari setelah pendukung Trump mengepung gedung Capitol di Washington. Pence membuat pernyataan itu sebelum mengikuti pengarahan keamanan di markas besar Badan Manajemen Darurat Federal AS, dan selama pertemuan dengan pasukan Garda Nasional yang menjaga Capitol. Seperti diketahui, Pence termasuk di antara para pejabat tinggi AS yang dipaksa bersembunyi selama serangan pekan lalu.
"Kami semua menjalani hari itu, 6 Januari. Dan, seperti yang dijelaskan presiden kemarin, kami berkomitmen untuk transisi yang tertib dan pelantikan yang aman. Rakyat AS berhak mendapatkan apa pun," kata Pence dalam acara publik pertamanya sejak serangan di Capitol yang menyebabkan lima orang tewas.
"Dia (Trump) mengatakan, Biden dan Wakil Presiden terpilih Kamala Harris akan dilantik pada 20 Januari dengan cara yang konsisten dengan sejarah dan tradisi AS, dan dengan cara yang memberikan penghormatan kepada rakyat Amerika dan Amerika Serikat," ujar Pence.
Trump yang tidak berencana untuk menghadiri pelantikan, pada Rabu (13/1) menjadi presiden pertama dalam sejarah AS yang dimakzulkan dua kali ketika 10 rekannya dari Partai Republik bergabung dengan Partai Demokrat di DPR AS menuduh Trump menghasut aksi pemberontakan pada serangan di Capitol pekan lalu.
Pence juga bertemu dengan puluhan pengawal di luar Capitol. Dia berterima kasih kepada mereka karena telah memberikan keamanan pada saat yang begitu penting dalam kehidupan bangsa.
Penampilan Pence tampak kontras dengan Trump, yang belum mengunjungi Capitol sejak serangan itu. Dalam sebuah video yang dirilis, Trump menyangkal adanya aksi kekerasan di Capitol.
Pence sendiri telah lama menjadi salah satu rekan Trump yang paling setia, tetapi telah membuat Trump marah karena menolak untuk memblokir sertifikasi kongres atas kemenangan suara elektoral Biden. Selama serangan di Capitol, beberapa pendukung Trump membahas rencana pembunuhan Pence karena dianggap sebagai pengkhianat.
Trump dan Pence berusaha untuk memperbaiki keretakan mereka selama pertemuan di Oval Office pada Senin (11/1). Namun, para pembantu Pence mengatakan mereka sangat kecewa dengan cara Trump memperlakukan Pence.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi