JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Chinese University of Hong Kong (CUHK) bak medan perang, Selasa (12/11). Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet bertubi-tubi. Para mahasiswa yang menguasai kampus membalas dengan melemparkan bom molotov. Pemandangan serupa terlihat di Polytechnic University dan University of Hong Kong (HKU).
Tak ada satu pun kubu yang berniat menyerah. Bus yang digunakan untuk memblokade jalan menuju CUHK dibakar. Di CUHK, demonstran naik ke atas jembatan. Mereka menggunakan three person slingshot alias ketapel yang dioperasikan tiga orang untuk melontarkan batu ke arah polisi antihuru-hara.
Sejak demo pecah di Hongkong, itu adalah kali pertama kampus menjadi area bentrok antara demonstran dan polisi. Perguruan tinggi dan sekolah-sekolah lain yang masih aman akhirnya memilih untuk tutup dan meliburkan siswa dengan alasan keamanan.
"Keselamatan siswa dan para pegawai selalu menjadi prioritas utama universitas," bunyi pernyataan CUHK.
Hari ini juga tidak ada proses belajar dan mengajar karena sebagian fasilitas rusak akibat bentrokan. Mereka meminta seluruh pegawai menghindari bahaya. "Tak perlu berangkat kerja, kecuali aman."
Para petinggi kampus berusaha mendekati mahasiswa dan mengajak berdialog di dalam ruangan. Sayang, mereka tak berhasil. Duduk dan bermediasi tidak lagi menjadi prioritas massa. Mereka lebih memilih berhadapan langsung.
Sekeras apa pun demonstran melawan, mereka tetap kalah oleh polisi yang memiliki banyak perlengkapan. Beberapa mahasiswa akhirnya ditangkap. Lima di antaranya dipastikan berasal dari HKU.
Dalam video yang beredar, tampak mahasiswa yang tak berdaya diseret polisi. Beberapa demonstran dan jurnalis terluka. Salah satunya adalah fotografer South China Morning Post (SCMP). Kepalanya tergores proyektil.
"Aturan hukum di Hongkong telah didorong ke ujung kehancuran total," ujar Juru Bicara Kepolisian Kong Wing-cheung seperti dikutip Agence France-Presse.
Hongkong kian sulit dikendalikan. Aksi massa tak lagi bisa dilokalisasi. Pagi harinya massa menguasai Distrik Central. Itu merupakan pusat bisnis dan perbelanjaan di Hongkong. Gerai-gerai produk papan atas berada di Central. Selama ini polisi sangat menghindari kemungkinan bentrok di wilayah tersebut. Tapi, kini tidak lagi.
Demonstran di Central tidak hanya berasal dari pelajar, tapi juga pekerja. Massa menguasai jalan selama beberapa jam. Massa garis keras yang identik berbaju hitam menjadikan bus sebagai alat untuk memblokade jalan.
"Berjuang untuk kebebasan, dukung Hongkong!" teriak para demonstran.
Jalan-jalan lain di berbagai titik bernasib serupa. Pun demikian halnya dengan jaringan kereta bawah tanah. Massa melemparkan berbagai benda ke rel sehingga kereta tak bisa lewat. Vandalisme juga terjadi di mana-mana. Hongkong yang selama ini terlihat cantik dan menjadi julukan turis sudah kehilangan pesonanya.
Sementara itu, Inggris dan Amerika Serikat (AS) mengecam aksi kekerasan di wilayah otonomi khusus Tiongkok tersebut. Termasuk, penembakan yang dilakukan oleh polisi dan pembakaran pria paro baya pro-Beijing oleh demonstran. Hingga kini, identitas demonstran yang membakar itu belum diketahui.
AS dan Inggris meminta pemerintah dan demonstran segera duduk bersama untuk mencari solusi. "Kami mengecam semua tindak kekerasan dan mengucapkan rasa simpati kepada korban kekerasan, terlepas dari pandangan politik mereka," ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi