Daging Babi di Singapura Mahal

Internasional | Senin, 14 Oktober 2019 - 01:07 WIB

Daging Babi di Singapura Mahal
Seorang pembeli daging babi segar di salah satu suparmarket di Singapura. (MEDIACORP)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Harga daging babi terus mengalami kenaikan di Singapura. Khususnya untuk bagian perutnya. Hal ini dipengaruhi preferensi konsumen yang makin banyak mengonsumsi sio bak, atau potongan daging yang paling gemuk di bagian perut, yang berlemak ketika dipanggang. Tingginya permintaan itu secara tidak langsung telah menaikkan harga daging babi di Singapura dan di seluruh dunia.

"Permintaan yang tinggi, membuat harga perut babi terus mengalami kenaikan. Akibatnya? Kami tak bisa terus menerus menjual khusus bagian khas ini. Pasokannya kan terbatas. Harusnya seluruh bagian yang dipotong ya dijual," ujar Direktur Eksekutif Huber's Butchery Andre Huber seperti dilansir dari Channel News Asia, Sabtu (12/10).


Tahun 2018 lalu, sejumlah ilmuwan mengumumkan bahwa lemak babi khususnya di bagian perut merupakan salah satu dari 10 makanan paling bergizi di dunia.

"Orang-orang Eropa, Amerika sekarang makin banyak yang mengonsuminya," ujar pemilik toko daging terbesar di Singapura ini.

Huber mengungkapkan, dalam sehari, mereka memasok daging hampir ke seribu restoran dan hotel yang terdapat di Singapura.

"Jadi, jika permintaan meningkat untuk pemotongan khusus ini, maka ya, saya melihat harga pasti dan selalu naik," ungkapnya.

Di negara tersebut, harga eceran daging babi beku tanpa lemak meningkat 11 persen, 20 persen untuk iga, dan lebih dari 20 persen untuk bagian perut. Supermarket biasanya menjual perut babi beku sekitar 10 dolar Singapura per kilogram dan perut babi segar seharga 14,50 dolar Singapura per kg.

Walaupun daging babi dingin harganya mendekati 50 persen lebih banyak, sebagian besar konsumen yang diwawancarai program ini memilih membayar lebih untuk itu, karena mereka percaya daging babi itu memiliki rasa dan tekstur yang lebih baik dibandingkan dengan daging babi beku dan daging lainnya.

"Daging babi menjadi favorit kedua setelah ayam di Singapura. Lebih dari 126 ribu ton daging babi diimpor tahun lalu, dan dipastikan itu juga meningkat tahun ini," jelas Huber.

Pasokan daging babi segar ke Singapura sebagian besar diimpor dari Indonesia, Australia, dan juga Malaysia. Sedangkan daging babi beku dan produk lainnya berbahan sama diimpor dari Brasil, Belanda, Spanyol dan Amerika Serikat.

Di Sarawak, tempat peternakan Green Breeder mengekspor 1.300 babi hidup ke Singapura setiap pekan , pemiliknya Ng Siew Thiam telah menaikkan harga karena biaya bahan penting dalam pakan babi, seperti- biji-bijian, tepung ikan dan vitamin telah meningkat dari waktu ke waktu.

"Selama 10 tahun terakhir, (harga pakan) telah meningkat sebesar 40, 50 persen. Cuaca buruk atau kekeringan akan mempengaruhi harga yang terjadi setiap saat," ujarnya.

Biaya transportasi, yang merupakan sekitar 10 persen dari harga jual masing-masing babi, juga naik.

"Harga minyak, dalam beberapa tahun terakhir, belum begitu baik," kata Ng, yang memelihara sekitar 65.000 ekor babi di peternakannya.

Importir OJJ Foods, yang bertanggung jawab atas hampir sepertiga dari daging babi dingin yang masuk ke Singapura mengemukakan biaya tenaga kerja yang juga naik meski sedikit.

Sumber : Jawa Pos Group
Editor : Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook