SINGAPURA (RIAUPOS.CO) - Warga Singapura dan juga ekspatriat tertarik dengan kehadiran Kim Jong Un di sana. Sebab, mereka bisa melihat langsung sosok diktator dari negara paling tertutup di dunia tersebut.
Karena itu, tak ayal jika banyak orang yang berusaha memfoto cucu pendiri Korut Kim Il Sung itu. Mereka memadati Hotel St Regis tempat Kim Jong Un menginap. Jurnalis dari seluruh penjuru dunia pun ikut memburu foto sang pemimpin tertinggi.
Baca Juga :Holloway Ingin Duel Lawan Gaethje
Setidaknya, saat ini sebanyak 2.500 jurnalis berada di Singapura untuk meliput pertemuan Kim dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sekitar 80 persennya merupakan jurnalis asing.
Namun, Kim tampaknya tidak menikmati semua perhatian yang ditujukan kepadanya. Sejak turun dari pesawat dia selalu dikawal begitu ketat. Para pengawal itu tidak mengizinkan sembarang orang memotret Kim, terutama di area hotel.
Bahkan, mereka langsung meminta turis yang memotret agar menghapus foto-foto tersebut dari HP-nya. Pemerintah Singapura sendiri ikut memastikan privasi Kim tetap terjaga. Mereka memang tak tanggung-tanggung untuk ikut andil.
Pemerintah Negeri Singa sejauh ini telah mengucurkan SGD 20 juta atau setara Rp208,68 miliar untuk menjadi tuan rumah pertemuan bersejarah itu. Sebelum Kim tiba, Singapura telah mendeportasi dua jurnalis KBS, Korsel karena masuk ke kediaman duta besar Korut di Singapura tanpa ijin. KBS akhirnya meminta maaf.
Singapura pun sebelumnya melarang masuk beberapa orang yang disinyalir bakal membahayakan KTT. Memang, Singapura dikenal sangat ketat terkait aturan. Penduduk bahkan tidak bisa demo seenaknya.
Mereka harus izin lebih dulu dan ada lokasi khusus untuk menuangkan uneg-uneg mereka, tak bisa di sembarang tempat.
”Aturan ketertiban umum yang ketat berarti Trump dan Kim tidak akan menghadapi ancaman keamanan maupun dipermalukan oleh demonstran. Mereka bisa fokus pada inti pertemuan,” kata Profesor bidang hukum di Singapore Management University Eugene Tan. (sha/ang)
Sumber: JPNN
Editor: Boy Riza Utama