PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar berdampak terhadap harga kacang kedelai. Harga kedelai terus mengalami kenaikan. Dari Rp9 ribu per kilogram naik jadi Rp10 ribu per kilogram. Kenaikan kedelai impor terjadi secara nasional.
Kacang kedelai yang beredar di pasar tradisional Kota Pekanbaru dipasok dari luar negeri. Impor dari Amerika. Kedelai inpor memang menjadi pilihan masyarakat dan pengusaha tahu dan tempe. Pengusaha tahu dan tempe diminta mencari alternatif sebagai solusi mendesak dalam sikapi kenaikan kedelai.
“Kita memang ketergantungan dengan kedelai impor. Mau tak mau tentu pengusaha tahu dan tempe mencari alternatif, mengurangi besaran tahu/tempe dengan harga yang sama, menaikkan harga,” ujar Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (DPP) Kota Pekanbaru, Ingot Ahmad Hutasuhut didampingi Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan, Juarman kepada Riau Pos.
Solusi lain, pengusaha tahu dan tempe memakai bahan baku kedelai lokal asal pulau Jawa. Namun solusi itu tidak menarik minat pengusaha tahu dan tempe. Menggunakan kedelai lokal dinilai akan merugikan mereka dari sisi hasil produksinya. Di mana kedelai lokal kualitasnya tidak bisa mengalahkan kedelai impor. Hal itu diungkapkan Darman pengusaha tahu di Jalan Cipta Karya.
“Kedelai lokal tidak bisa jadi bahan baku tahu karena hasilnya tidak enak. Tahunya bisa agak pahit dan masam. Untuk tempe juga kurang baik karena kecil kecil kedelainya,” ungkapnya.
Dari pada mengalami kerugian, ia memutuskan untuk tetap membeli kedelai impor. Meski mengalami kenaikan. Dalam sehari ia memerlukan 50-60 kilogram tahu.
Ia juga berpikir untuk menaikkan harga tahu yang ia jual. Namun itu masih dipertimbangkan dulu. Ia masih mencoba memantau perkembangan harga kedelai, siapa tau kembali normal.(gem)
(Laporan JOKO SUSILO, Kota)