Korban Reynhard Sinaga Trauma, Jatuh Sakit, dan Ingin Bunuh Diri

Internasional | Rabu, 08 Januari 2020 - 04:17 WIB

Korban Reynhard Sinaga Trauma, Jatuh Sakit, dan Ingin Bunuh Diri
Reynhard Sinaga (ISTIMEWA)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Para korban pemerkosaan yang dilakukan Reynhard Sinaga dikabarkan mengalami kondisi mental yang memprihatinkan hingga saat ini. Mereka semua hidup dalam luka psikologis yang serius.

Dilansir dari Manchester Evening News, Selasa (7/1), pemerkosa berantai itu kini sudah berada di balik jeruji besi seumur hidup setelah melakukan 136 perkosaan, 8 percobaan perkosaan dan 14 serangan seksual yang melibatkan 48 korban antara Januari 2015 dan Juli 2017. Reynhard juga tidak memilih korbannya berdasarkan profesi. Salah satu korbannya bahkan adalah seorang tentara.


Para korban umumnya baru mengetahui tentang kejahatan keji Reynhard setelah berbulan-bulan, atau bertahun-tahun kemudian, setelah polisi melakukan penyelidikan.

Salah satu korban begitu hancur mengetahui bahwa dia telah diperkosa hingga mencoba bunuh diri pada Hari Natal. Korban lainnya mengalami infeksi saluran pencernaan lantaran diperkosa hingga tiga kali. Ususnya bahkan sampai harus diangkat.

Saat beraksi, Reynhard menggunakan GHB, cairan yang membuat korban pingsan hingga kehilangan memori yang parah. Reynhard bisa melakukannya selama beberapa jam. Satu korban diperkosa tujuh kali dalam delapan jam. Yang lain dibius, berulang kali diperkosa, dan disimpan di flatnya, di Princess Street selama 15 jam.

Orang-orang ini terbangun dalam keadaan bingung tanpa mengingat apapun. Kondisi linglung ini biasanya diikuti oleh muntah.

Salah satu korban menceritakan bahwa ibunya begitu sedih dan terpukul saat mengetahui anaknya menjadi salah satu korban kebiadaban Reynhard. "Saya ingat ibuku menangis sepanjang malam (setelah mengetahui ini, Red)," katanya.

Para korban juga menderita depresi berat setelah mengetahui Reynhard sudah memperkosa mereka dengan sangat keji.

"Itu menghancurkan saya. Saya meninggalkan klub, lalu tak sadarkan diri dan terbangun di dalam apartemen seseorang," kata salah satu korban.

Beberapa korban lainnya juga menjadi paranoid. Mereka mulai merenungkan untuk bunuh diri lantaran rasa malu yang amat sangat.

Salah seorang korban sempat berusaha bunuh diri pada Hari Natal 2019 kemarin. Percobaan bunuh dirinya gagal dan ia dilarikan ke rumah sakit.

"Ini adalah dua tahun terburuk dalam hidup saya. Saya ingin pelaku menerima hukuman atas apa yang telah dia lakukan pada saya," katanya.

Korban lainnya hahkan belum memberi tahu siapa pun atas apa yang terjadi dan tidak lagi suka bersosialisasi. Dia menarik diri dari pergaulan.

Korban kebejatan Reynhard yang lain mengaku telah kehilangan kepercayaan diri. Ia jadi membenci orang banyak, tidak ingin bergaul dengan teman-temannya atau pergi keluar. Kehidupan seksnya pun hancur.

"(Reynhard, Red) telah menghancurkan hidup saya. Dia benar-benar mengacaukan kepala saya dan terkadang saya membenci diri saya sendiri," katanya.

Para konselor dari Pusat Reformasi Seksual St Mary (SARC) bersama para detektif menemui para korban untuk memberi pendampingan. Mereka memastikan setiap korban segera dirujuk ke Penasihat Kekerasan Seksual Independen (ISVA).

Inspektur Detektif Zed Ali yang memimpin penyelidikan itu mengapresiasi para korban Reynhard yang berani memberikan kesaksian.

"Mereka masih sangat malu dan kaget dengan apa yang menimpa mereka. Mereka ingin menuntut keadilan, benar-benar berani," jelas Zed Ali.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook