Gempa Bumi M7,8 Guncang Perbatasan Turki-Suriah, Sementara Lebih 500 Tewas

Internasional | Senin, 06 Februari 2023 - 18:38 WIB

Gempa Bumi M7,8 Guncang Perbatasan Turki-Suriah, Sementara Lebih 500 Tewas
Warga dan tim SAR di wilayah utara Suriah mencari korban bangunan yang runtuh akibat gempa yang berpusat di Nurdagi, Turki, Senin (6/2/2023). (AAREF WATAD/AFP/GETTY IMAGES)

ANKARA (RIAUPOS.CO) - Gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo menghantam Turki pada Senin (6/2/2023) pukul 4 pagi waktu setempat. Lebih dari 500 orang tewas di Turki dan Suriah akibat gempa bumi yang berpusat 23 km dari Nurdagi, Provinsi Gaziantep, Turki. Korban jiwa jatuh di dua negara, karena episentrum gempa tersebut berada di perbatasn Turki-Suriah.

Di Turki, ada 284 orang meninggal serta lebih dari 2.300 orang mengalami luka luka. Sedangkan di Suriah, dilaporkan SANA, mengutip pernyataan dari Kementerian dan Sosial Suriha, ada 237 orang tewas dan 630 lainnya terluka. Para korban di Suriah berada di kota Alepo, Latakia, Hama, dan Tartus.


Berdasarkan pernyataan dari Syria Civil Defense alias White Helmets, organisasi sosial yang dibentuk untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak dalam konflik.

Gempa itu sendiri menghantam pada dini hari, ketika warga di kedua negara yang terdampak sedang terlelap.Akibatnya fatal. Dalam video yang beredar, terlihat warga berlarian dengan panik. Tim SAR pun harus melakukan pencarian di bawah reruntuhan bangunan-bangunan ambruk menggunakan senter.

Bencana tersebut disebut merupakan gempa terkuat yang pernah terjadi di Turki dalam 100 tahun terakhir. Menurut data dari USGS (United State Geological Survey) gempa itu adalah yang terkuat menghantam turki setelah gempa yang terjadi pada 1939, dimana pada saat itu ada 30 ribu orang tewas. Laporan itu menambahkan, gempa dengan kekuatan itu sangat jarang terjadi dimana pun di dunia. ’’Ini adalah gempa terbesar yang pernah dialami mereka dalam waktu yang sangat lama,’’ ucap Karl Lang, asisten profesor di Georgia Tech University School of Earth and Atmospheric Science.

Sementara itu, seorang jurnalis bernama Eyad Kourdi yang tinggal di Gaziantep bersama orang tuanya menuturkan, gempa itu sangat masif. ’’Guncangan gempa itu seperti tidak berkesudahan,’’ ungkap dia.

Dia menceritakan, ketika guncangan akhirnya berhenti, dia dan orang tuanya berlari keluar rumah hanya mengenakan piyama. Menerobos cuaca dingin dan jalanan yang dipenuhi salju tebal. 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook