MALANG (RIAUPOS.CO) - Berdasar data suporter Arema, diduga lebih dari 200 orang menjadi korban meninggal dunia dari tragedi Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). Angka itu berbeda dengan versi polisi dan pemerintah.
Menurut rilis resmi per Ahad (2/10/2022), hanya ada 125 orang meninggal dunia. Data itu kemudian mendapat update terbaru yakni sebanyak 131 orang meninggal dunia per Rabu (5/10/2022).
Perbedaan jumlah itu disampaikan Yuli Sumpil, dirigen dan juga pentolan suporter Arema. Berdasar data yang dihimpun, terdapat lebih dari 200 orang yang meninggal dunia.
”Dari pengamatan dan pengakuan suporter Arema, banyak keluarga yang memilih langsung membawa pulang jenazah dari Stadion Kanjuruhan. Data itu nggak tercatat,” terang Yuli, Rabu (5/10/2022).
Alhasil, lanjut dia, pemerintah dan polisi hanya mencatat jumlah korban meninggal yang berada di rumah sakit. Utamanya rumah sakit di sekitar Malang Raya.
”Padahal banyak Aremania (Suporter Arema) yang menonton pertandingan itu, asalnya dari luar Malang Raya,” ujar Yuli.
Salah satunya siswa SMP kelas 3 yang berpulang 2 hari pasca tragedi terjadi. Siswa itu berasal dari Blitar.
Kematiannya tidak tercatat pemerintah dan pihak kepolisian. Apalagi, suporter Arema berinisial BB itu meninggal dunia di rumahnya.
”Tentu tidak tercatat. Apalagi tidak (meninggal) di rumah sakit,” papar Yuli.
Menurut dia, angka 125 atau 131 korban jiwa atas tragedi Kanjuruhan Malang itu tidak sebanding dengan penonton yang berdesakan dan terimpit di pintu keluar.
"Bayangkan, di stadion berkapasitas 40 ribu orang itu, hanya ada 2-3 pintu yang dibuka. Pintu yang dibuka pun berukuran kecil,” tutur Yuli.
Otomatis, menurut dia, jumlah korban meninggal bisa jadi lebih dari angka resmi pemerintah itu.
”Kami berharap tidak ada data yang dikurangi. Tidak ada pengurangan jumlah saudara kami yang meninggal dunia,” ucap Yuli.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra