JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Rencana Jepang untuk membuang limbah nuklir ke Samudera Pasifik mendapat kritik keras dari dunia. Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dan Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GNTI) termasuk organisasi yang menentang rencana itu.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat MAI Prof Dr Rokhmin Dahuri mengatakan limbah tersebut mengandung zat-zat berbahaya dan dapat mengancam ekosistem laut serta kesehatan manusia.
"Kami menolak rencana tersebut dengan alasan limbah cair nuklir mengandung radioaktif Tritium, Cesium-137, dan Carbon-14," kata Rokhmin Dahuri, dalam keterangan tertulisnya.
Oleh karena itu, MAI meminta pemerintah Indonesia untuk aktif menggagalkan rencana tersebut.
"Pemerintah Jepang, seharusnya mencari alternatif yang lebih aman dalam mengelola limbah tersebut," ujarnya.
Sebelumnya, isu mengenai Jepang, memberikan sumbangan 1 juta euro kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menimbulkan pembahasan yang panas.
Pemerintah Jepang telah menerima draft laporan penilaian akhir dari kelompok investigasi pembuangan air Fukushima IAEA. Jepang juga menyerahkan usulan amandemen substansial, dan mencoba memfasilitasi proses pembuangan air limbah nuklir dengan merevisi kesimpulan akhir dari laporan tersebut.
"Terkejut, kecewa, dan marah ketika saya membaca berita terkait pemerintah Jepang telah memberikan sejumlah dana kepada IAEA agar merevisi data laporan. Kelakuan pemerintah Jepang ini sangat memalukan," tuturnya.
Meski menuai kecaman, pemerintah Jepang bersikeras untuk membuang air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima yang rusak ke Samudra Pasifik pada musim panas tahun ini.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman