SAN FRANCISCO (RIAUPOS.CO) – Elon Musk merombak manajemen Twitter. Berdasar dokumen yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Pertukaran (SEC) AS pada Senin (31/10), dia diketahui menjadi direktur tunggal Twitter setelah menyelesaikan kesepakatan pembelian minggu lalu.

Artinya, Musk telah membubarkan dewan direksi di perusahaan tersebut. Musk juga menunjuk dirinya sebagai CEO perusahaan sosial media dengan lambang burung biru itu.

’’Pembubaran dewan direksi itu hanya sementara,’’ cuit Musk, seperti dikutip The Guardian.

Dalam dokumen itu, Pangeran Al-Waleed Bin Talal dari Saudi telah menjadi pemegang saham terbesar kedua situs tersebut.

Sebagai dampak akuisisi, para pekerja di Twitter ikut ketir-ketir. Dilansir dari The Washington Post, Musk kabarnya berencana melakukan PHK pada 25 persen karyawan. Pengacara yang menjadi perwakilan hukum Musk, Alex Spiro, memimpin pembicaraan terkait PHK itu.

Perusahaan yang berbasis di San Francisco itu tercatat memiliki lebih dari 7 ribu karyawan pada 2021. Jika seperempatnya dipecat, hampir 2 ribu orang akan kehilangan pekerjaan. Namun, terlepas diambil alih Musk atau tidak, Twitter sejatinya berencana untuk memangkas 25 persen pekerjanya.

Akhir pekan lalu, Musk dikabarkan bekerja dengan insinyur perangkat lunak Tesla untuk memahami Twitter lebih dalam. Tim itu dilaporkan berusaha untuk memonetisasi fitur verifikasi identitas Twitter. Itu adalah fitur yang memberi pengguna tertentu tanda centang biru di sebelah profil mereka.

The Verge melaporkan, salah satu opsinya adalah meminta pengguna terverifikasi untuk mendaftar ke Twitter Blue. Biaya langganannya yang saat ini di bawah USD 5 (Rp78 ribu) per bulan akan dinaikkan menjadi USD 20 (Rp312 ribu). Jika menolak, pengguna itu akan kehilangan tanda centang birunya.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman