CALIFORNIA (RIAUPOS.CO) – Tesla dilaporkan baru saja melakukan aksi PHK massal. Dikabarkan bahwa setidaknya, ada hampir 200 karyawan yang terdampak pemutusan kontrak ini. Adapun pekerja yang diputus hubungan kerjanya adalah mereka yang bertugas melabel data, untuk membantu melatih sistem autopilot dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) perusahaan.
Menurut Bloomberg, perusahaan memberi tahu staf tentang langkah tersebut pada hari Selasa lalu. Seperti sudah disinggung di atas, banyak dari karyawan yang terpengaruh layoff ini adalah spesialis anotasi yang pekerjaannya melibatkan evaluasi dan pelabelan data autopilot yang diperoleh dari pelanggan.
Tidak hanya itu saja, seiring dengan PHK massal tersebut, Tesla juga menutup kantornya yang berada di San Mateo. Bloomberg melaporkan apa yang tersisa dari 350 orang tim dipindahkan ke kantor terdekat lainnya.
Sementara itu, Tesla tidak segera menanggapi permintaan komentar Engadget. Pabrikan mobil itu tidak mengoperasikan departemen hubungan masyarakat sejak 2020.
Pemutusan hubungan kerja tersebut hampir pasti merupakan bagian dari upaya yang lebih luas oleh CEO Tesla Elon Musk untuk mengurangi biaya di perusahaan menjelang potensi resesi. Pada awal Juni, Musk memberi tahu karyawan dalam email di seluruh perusahaan bahwa dia memiliki “perasaan yang sangat buruk” tentang ekonomi dan bahwa PHK akan datang.
Dia kemudian mengatakan kepada Bloomberg bahwa dia berencana untuk mengurangi tenaga kerja yang digaji Tesla sekitar 10 persen selama tiga bulan ke depan. Pengakuan itu muncul setelah Musk mengatakan kepada pekerja jarak jauh untuk kembali ke kantor atau kehilangan pekerjaan mereka sama sekali.
Hal ini menyusul informasi bahwa Tesla mengacaukan rencana back-to-office-nya, dengan The Information melaporkan bahwa banyak karyawan yang kembali ke fasilitas mereka di Fremont, menemukan tidak ada cukup tempat parkir dan meja kerja.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman