Dirinya mengaku ketika itu sempat melihat sendiri dan meraba lubang peluru di kepala Herman. Karena itu dia yakin tembakan tersebut berasal dari depan.
"Saya enggak pikir panjang, tak pegang kepalanya, ketemu luka. Terus saya tarik rambutnya, ada lobang. Wah berarti ini tembakan dari depan bukan belakang. Saya takut ini tembakan dari belakang ini anak buah saya. Kenapa kok yang ditembak pilot, jangan sampai ada dugaan begitu. Saya membuktikan dan selaku komandan, ini tembakan siapa," tuturnya.
Saat operasi pembebasan itu pula, Untung Soeroso ingat betul, salah satu teroris memiliki postur tinggi dan berbadan besar. Menurutnya teroris tersebut sudah berkali-kali ditembak namun dapat kembali bangun sebelum akhirnya berhasil benar-benar dilumpuhkan.
"Saya tembak, bangun lagi. Orangnya gede tinggi, badannya keker. Dia lari ke depan, saya enggak mau begitu, saya tembak, bangun lagi. Setelah itu saya tanya, bagaimana? Aman? Depan tengah belakang bagaimana? Aman," ujarnya.
Dari peristiwa itu, Untung sempat diberitakan sudah tewas dalam perisitiwa tersebut karena ada wartawan yang mengira pangkat di pundak Kapten pesawat sama dengan pangkatnya yang ketika itu juga seorang kapten.***
Laporan : PANJI AHMAD SYUHADA (Pekanbaru)