REVIEW FILM

Film Air: Lahirnya Sepatu Basket Paling Prestisius di Dunia dari Sosok Jordan

Hiburan | Jumat, 07 April 2023 - 03:09 WIB

Film Air: Lahirnya Sepatu Basket Paling Prestisius di Dunia dari Sosok Jordan
Ben Affleck dan Matt Damon dalam film ’Air’. (ISTIMEWA)

CHICAGO (RIAUPOS.CO)  - Mustahil rasanya ada penggemar olahraga, khususnya bola basket, yang tidak mengetahui nama Michael Jordan. Malang melintang di kompetisi bola basket NBA dan memenangkan enam cincin juara bersama Chicago Bulls, nama Jordan mungkin sudah bisa menjadi definisi dari bola basket itu sendiri.

Sosok Jordan tentu tidak lepas dari varian sepatu yang ia kenakan. Dikeluarkan oleh pabrikan Nike, sepatu yang dinamai Nike Air Jordan itu masih menjadi salah satu sepatu basket yang paling diburu, entah untuk digunakan atau semata-mata dikoleksi, oleh pecinta basket.


Film Air mencoba mengajak penonton untuk menilik sejarah Michael Jordan dari sudut pandang Nike yang begitu mati-matian melobinya untuk menggunakan sepatu basket bikinan mereka. Bisa dibilang, Air adalah sebuah film biopik tentang lahirnya Nike Air Jordan di kancah perbasketan global.

Semua dimulai tahun 1984, jauh sebelum Nike menjelma menjadi sebuah brand sepatu basket kelas dunia seperti sekarang. Boro-boro mendulang uang dari atlet basket, mereka malah nyaris bangkrut karena hanya mampu menjual sepatu untuk  orang yang gemar jogging.

Harus bersaing melawan dua raksasa sepatu basket saat itu, yakni Converse dan Adidas, bos Nike Rob Strasser (Jason Bateman) dan co-founder Phil Knight (Ben Affleck) akhirnya memutar otak untuk lolos dari jurang kepailitan dengan berusaha mengontrak beberapa pemain basket muda, atau rookie, yang menjanjikan di masa depan.

Seorang salesman dan talent scout Nike yang juga sahabat mereka, Sonny Vaccaro (Matt Damon) juga dilibatkan untuk membantu.

Perembukan pun dimulai. Sejumlah nama kemudian dikerucutkan menjadi tiga nama oleh Strasser dan Knight. Namun, Vaccaro memiliki sudut pandang lain. Alih-alih menggaet tiga nama untuk bekerjasama, Vaccaro hanya ingin satu sosok: Michael Jordan.

Ide Vaccaro ini langsung dibantah mentah-mentah oleh dua kawannya itu. Pasalnya, selain karena harga yang terlalu mahal, Jordan sudah dipepet oleh Converse dan Adidas yang punya reputasi lebih baik di kancah bola basket.

Terlepas dari dua hal itu, ada satu faktor X lain yang membuat Strasser dan Knight ciut: Jordan tidak menyukai Nike. Tentunya, jika Vaccaro mendengarkan saran Strasser dan Knight untuk menyerah saat itu, tinta emas tidak akan tertoreh. Bermodal nekad dan kemampuan public relations yang apik, Vaccaro lalu mendatangi langsung rumah Jordan untuk bernegosiasi langsung dengan ibu sang legenda, Deloris Jordan (Viola Davis) untuk meyakinkan bahwa bersama Nike, nama Jordan akan selalu abadi.

"Semua yang terlibat dalam proses ini akan mati dan dilupakan. Tapi tidak untuk anakmu," kata Vaccaro.

Sisanya, adalah sejarah. Disutradari sendiri oleh Ben Affleck, Air, di luar dugaan, sukses menjadi sebuah film yang sangat straight to the point, ringan dan menghibur. Hanya dalam waktu 1 jam 50 menit, yang notabene terbilang cukup sebentar untuk ukuran film biopik sebuah brand, Air betul-betul hanya menampilkan momen-momen penting dalam perjalanan Nike melobi Jordan dengan alur yang santai dan tidak tergesa-gesa.

Tidak ada sub-plot yang bertele-tele, tidak ada bumbu-bumbu atau kehadiran sosok tidak penting di dalamnya. Semua dieksekusi dengan sangat padat dan matang. Adu watak antara Matt Damon dan Viola Davis harus diakui merupakan jiwa film ini. Keduanya memang hanya terlihat berdialog seperti biasa, tanpa tangis, tanpa drama. Namun, keduanya sukses memberikan gambaran yang sangat kuat bahwa betapa alotnya negosiasi antara Nike dan keluarga Jordan untuk membuat sang pebasket jatuh dalam pinangan brand olahraga berlogo centang tersebut. Vaccaro yang slengekan namun ambisius melawan Deloris yang dingin namun bersahaja.

Yang cukup menarik dan menyita perhatian adalah sosok Michael Jordan di film ini. Aktor pemeran Jordan memang dihadirkan di dalam film, namun yang menarik, wajahnya sama sekali tidak ditampilkan. Ia hanya terlihat sesekali dari tampak belakang dan samping. Itu pun terhalang oleh beragam objek.

Konsep ini juga layak membuat Ben Affleck layak mendapat pujian. Berkat keputusan ini, perhatian penonton jadi tidak teralihkan. Mereka tetap bisa fokus pada serunya perjuangan Vaccaro dkk dalam mengontrak Jordan.

Air memang bukanlah film yang ditunggu-tunggu banyak orang di 2023. Namun, fakta bahwa film ini layak dinobatkan menjadi salah satu film terbaik di 2023 rasanya sulit untuk dipungkiri.

Air mungkin hanya akan menjadi kepingan puzzle kecil dalam rekam jejak Michael Jordan dan Nike Air Jordan. Judul ini mungkin bahkan tidak akan dikenang abadi dan terlupakan dalam dunia sinema. Namun setidaknya, Ben Affleck, Matt Damon dan aktor-aktor di dalamnya sudah ikut ambil bagian dalam reka ulang sejarah penciptaan sepatu basket paling prestisius di dunia untuk pebasket terbesar sepanjang masa.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook