Berkunjung ke Museum dengan Cara yang Lebih Kekinian

Gaya Hidup | Sabtu, 22 Oktober 2022 - 23:59 WIB

Berkunjung ke Museum dengan Cara yang Lebih Kekinian
Ilustrasi Museum. (NINA/JAWA POS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pernah berkunjung ke museum? Mungkin banyak yang beranggapan museum terkesan jadul. Namun, sebenarnya tak sedikit museum di Indonesia yang terus berinovasi. Salah satu tujuannya agar generasi muda mau mengenal sejarah lewat cara yang kekinian.


TANGGAL 12 Oktober lalu merupakan Hari Museum Nasional. Coba diingat-ingat, sudah berapa banyak museum di Indonesia yang pernah Anda kunjungi? Sebelum berkunjung, ada baiknya mengecek skedul atau program khusus yang terdapat di museum yang akan dituju. Beberapa poin berikut bisa menjadi pengingat sebelum kembali ke museum.

 

Cek Skedul Museum

Perhatikan jam operasional museum agar kunjungan bisa lebih optimal. Cek pula di website maupun media sosial resmi museum, apakah ada informasi khusus. Misalnya, ditutup sementara untuk renovasi atau perlu reservasi untuk kegiatan tertentu. Sebagai contoh, di Museum Konperensi Asia Afrika, Bandung, pengunjung bisa melakukan reservasi secara online. Setelah itu, tinggal datang pada tanggal dan jam yang sudah dibuat.

 

Tidak Merusak Koleksi

Museum sarat akan benda-benda koleksi yang bernilai tinggi, peninggalan sejarah, hingga mahakarya. Maka, patuhi aturan selama berada di dalam museum. Di antaranya, tidak menyentuh koleksi, terlebih bila sudah diberi tanda larangan menyentuh. Peraturan itu tidak hanya berlaku bagi pengunjung, tetapi juga pengelola museum. Pengelola baru boleh menyentuh benda bersejarah saat proses pemeliharaan. Dalam momen tertentu, beberapa museum memberi kesempatan pengunjung melihat proses perawatan koleksi museum. Bagaimana pengaturan suhu, kelembapan, hingga penyinarannya agar koleksi yang usianya sudah puluhan tahun itu terjaga.

Museum adalah wisata edukasi yang terbuka untuk semua kalangan. Termasuk anak-anak. Namun, harus dengan pendampingan orang tua, ya. Bila yang berkunjung adalah rombongan siswa, harus dengan pendampingan guru. Hati-hati saat berjalan, tidak berlari atau tergesa-gesa, karena dikhawatirkan menyenggol koleksi yang dipajang.

 

Eksplorasi Beragam Aktivitas

Tidak hanya menyimak koleksi museum, optimalkan kunjungan dengan mengeksplorasi kegiatan. Bisa dicek di website, media sosial, atau tanyakan kepada petugas. Misalnya untuk menyemarakkan Hari Museum Nasional, Museum KAA mengadakan workshop edukasi, fotografi, dan vlogging.

Ada pula museum treasure hunt yang melibatkan situs bersejarah lain di Kota Bandung. Antara lain Museum Sri Baduga, Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, Museum Pos Indonesia, Museum Geologi, dan Museum Gedung Sate. Setiap kelompok diberi pertanyaan yang jawabannya ada di museum-museum tersebut. Dalam proses mencari jawaban, setiap kelompok membuat video pengalaman hunting semenarik mungkin. Video itu jadi salah satu upaya untuk mempromosikan museum kepada masyarakat.

 

Tetap Disiplin Protokol Kesehatan

Patuhi prokes yang diterapkan. Misalnya, di Museum Konperensi Asia Afrika (KAA). Pertama, pengunjung memindai barcode melalui aplikasi PeduliLindungi di pintu masuk. Kedua, jumlah rombongan dibatasi maksimal 30 orang. Itu dilakukan supaya tidak terjadi kerumunan. Ketiga, pengunjung wajib memakai masker dari awal tur sampai akhir. Kalaupun berfoto, pengunjung tetap harus pakai masker. ’’Sejauh ini, tidak ada yang mengeluh ribet dengan protokol kesehatan ini. Di tempat lain saya rasa prokesnya juga sama,’’ ujar Kepala UPT Museum KAA Dahlia Kusuma Dewi.

 

Tur Virtual

Seiring perkembangan teknologi ditambah efek pandemi, beberapa museum bisa dikunjungi virtual. Museum KAA, salah satunya. Pengunjung yang melakukan tur secara virtual juga bisa berinteraksi dengan pengelola museum.

Meski ada layanan virtual museum, berkunjung langsung ke museum tetap menjadi pilihan utama. Tak jarang, kita bisa merasakan seolah-olah ditarik mesin waktu ke puluhan tahun silam. Sebab, tak hanya menyimpan koleksi sejarah, museum juga saksi sejarah. Museum Konperensi Asia Afrika, misalnya, yang berada di lokasi berlangsungnya KAA pada 1955. Dengan datang langsung, pengunjung akan mendapatkan experience yang berbeda jika dibandingkan dengan virtual.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook