Ditilik dari segi geografis, ibu kota baru Kazakhstan memang "enak" dipakai membangun. Wilayahnya benar-benar datar. Rata. Tidak bergunung-gunung. Tidak pula penuh lembah atau jurang. Sangat gampang ditata.
Nur-Sultan, seperti sebagian besar kondisi geografis Kazakhstan, adalah kawasan stepa. Padang rumput yang sangat luas. Tempat suku-suku nomaden dahulu kala berdiam dan berpindah-pindah mengikuti ternak dan buruan. Karena itu, cuaca Nur-Sultan sejatinya cukup ekstrem. Berbeda dengan Almaty di selatan yang lebih hangat.
Sebagai daerah padang rumput, Nur-Sultan adalah kawasan yang dingin dan berangin. Sejak menjadi ibu kota, kota itu langsung menjadi runner-up ibu kota terdingin di dunia menggeser Ottawa, Kanada. Yang menjadi jawara ibu kota terdingin masih Ulaanbaatar, Mongolia. Nur-Sultan mengalami musim dingin yang panjang, sekitar delapan bulan. Dengan suhu terendah bisa mencapai –35 derajat Celsius.
Alasan yang keempat, ibu kota anyar itu tidak berada di lokasi antah-berantah. Ia sudah memiliki infrastruktur transportasi yang sangat membantu pembangunannya ke depan.
Di Hall of Astana, Museum Nasional Republik Kazakhstan, disebutkan, Almaty cukup riskan sebagai ibu kota. Letaknya sangat ke selatan, dekat dengan perbatasan negara lain. Kalau ada serangan dari negara lain, Almaty bisa langsung kena. Lalu, Almaty yang terletak di kawasan pegunungan juga rawan gempa. Pertumbuhan ekonominya dirasa sudah maksimal.
Nazarbayev benar-benar mengawal pembangunan dan pertumbuhan Astana, ibu kota anyar itu. Dia tak ingin kota baru tersebut gagal. Baik dari segi desainnya maupun dari sisi etos kerja staf pemerintahan yang dipindah ke kota baru itu. Saat memindahkan para pegawai negeri ke kota yang baru, Nazarbayev mengingatkan akan nilai penting pemindahan tersebut.
"Anda, sebagai pelayan publik, dengan sadar memutuskan untuk pindah. Saya harap, di ibu kota baru itu, Anda bisa menyadari dan menunjukkan potensi serta upaya kreatif-administratif secara maksimal. Jangan lupa bahwa Anda menjadi contoh," tutur Nazarbayev yang juga diabadikan di museum.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi