NUR-SULTAN (RIAUPOS.CO) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Nur-Sultan mengimbau seluruh warga negara Indonesia (WNI) di Kazakhstan untuk selalu waspada dan berhati-hati serta menjauhi kerumunan, menyusul status darurat yang diumumkan oleh presiden negara itu.
“Sehubungan dengan perkembangan situasi di Kazakhstan dan diumumkannya state of emergency oleh Presiden Kazakhstan. Seluruh WNI diminta untuk tidak bepergian ke luar rumah kecuali untuk hal-hal yang penting,” kata KBRI Nur-Sultan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Seluruh WNI diminta mematuhi aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat, menjaga ketertiban dan tidak ikut dalam aksi-aksi massa yang dilakukan di wilayah setempat.
“WNI juga diimbau untuk tidak memberikan komentar yang bersifat publik terhadap perkembangan situasi dalam negeri Kazakhstan,” kata KBRI.
WNI juga diminta untuk saling berkomunikasi dengan sesama WNI yang berada di wilayah masing-masing.
“Berkomunikasi dengan KBRI melalui grup WNI maupun jalur-jalur komunikasi yang memungkinkan untuk memberi update kondisi masing-masing dan melaporkan hal-hal yang penting diketahui bersama,” demikian bunyi keterangan KBRI Nur-Sultan.
Untuk informasi dan bantuan, WNI bisa menghubungi alamat KBRI di Sarayshyq St 22, Nur-Sultan 020000; nomor telepon KBRI (hari dan jam kerja) 8 (7172) 790670; serta hotline KBRI (24 jam melalui SMS, telepon atau WA) +77718360245.
Kerusuhan akibat BBM Naik
Suasana negara di Asia Tengah itu kini sedang bergejolak. Seperti dilansir berbagai media, termasuk Reuters, demonstrasi berujung ricuh terjadi di Kazakhstan.
Ada 18 orang petugas keamanan yang tewas dan 748 lainnya terluka saat berupaya meredam kerusuhan. Dilansir dari AFP, Kamis (6/1/2022), jumlah korban itu dilaporkan oleh kantor berita Rusia yang mengutip data Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan.
Kantor berita Rusia Interfax dan RIA Novosti juga mengutip kementerian yang mengatakan 2.298 orang sejauh ini telah ditahan setelah protes atas kenaikan harga bahan bakar berubah menjadi bentrokan dengan petugas.
Demonstrasi menyebar ke seluruh negara mantan Uni Soviet itu. Demonstran marah atas kenaikan harga bahan bakar gas cair (LPG) yang banyak digunakan untuk bahan bakar mobil di barat negara itu.
Ribuan orang turun ke jalan di kota terbesar Almaty dan di provinsi barat Mangystau. Mereka mengatakan kenaikan harga tidak adil mengingat cadangan energi Kazakhstan yang sangat besar.
"Situasi yang paling sulit tetap di Almaty, di mana orang-orang bersenjata menyita dan menghancurkan sebagian sejumlah bangunan badan negara, organisasi keuangan, perusahaan televisi dan fasilitas perdagangan," kata Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Rusia.
Di provinsi barat, beberapa bagian jalan raya dan satu jalur kereta api telah diblokir.
"Patroli oleh regu polisi dan Garda Nasional telah diintensifkan di daerah, dan penghalang jalan telah dibuat," kata kementerian itu.
"Penjahat sedang diidentifikasi dan ditahan atau dihilangkan dalam hal perlawanan bersenjata terhadap tuntutan hukum untuk meletakkan senjata mereka," sambung pernyataan itu.
Pasukan keamanan juga disebut menewaskan puluhan demonstran yang mencoba menyerbu gedung-gedung pemerintah. Insiden ini terjadi setelah aliansi militer yang dipimpin Rusia setuju untuk mengirim pasukan guna membantu memadamkan kerusuhan yang meningkat di negara itu.
Dilansir dari AFP, polisi mengatakan ada puluhan orang tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan di gedung-gedung pemerintah di kota terbesar di negara itu, Almaty pada Rabu (5/1) malam waktu setempat.
"Tadi malam, pasukan ekstremis mencoba menyerang gedung-gedung pemerintah, departemen kepolisian kota Almaty, serta komisariat polisi setempat. Puluhan penyerang dibunuh," kata juru bicara polisi Saltanat Azirbek seperti dikutip oleh kantor berita Interfax-Kazakhstan, TASS dan RIA Novosti.
Sumber: JPNN/AFP/Reuters/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun