REVOLUSI LANGIT BIRU

Suara-suara Kegeraman

Feature | Minggu, 18 Oktober 2015 - 00:53 WIB

Suara-suara Kegeraman
Tokoh masyarakat Riau, Al azhar (kiri) saat berdiskusi di acara Revolusi Langit Biru, di Pekanbaru. (JEFRIZAL/RIAU POS)

Bagi Al azhar, revolusi langit biru bukanlah revolusi politik, berdarah-darah tapi revolusi kerinduan akan kebudayaan kita yang harusnya dipulihkan. Manusia Riau rindu pemulihan dan kembalinya alam kke bentuknya semula. Yang tidak dihancurkan dan tidak dipunahranahkan.

Gerakan Langit Biru adalah gerakan kebudayaan. Komunutas yang hadir, yang berteriak dan berseru sedang berupaya membangkitkan kesadaran.

Baca Juga :Krisis Menuntut Lahirnya Kepemimpinan Baru

Asap mungkin menipis dan kemudian hilang. Hal itu sejalan dengan upaya yang dilakukan berbagai pihak tapi untuk tahun ini.  Namun demikian, lanjut Al azhar, Untuk umenjamin tahun depan tidak datang lagi, itu tegantung bagaimana secara bersama menjaga kesadaran untuk saling mengingatkan.

“Artinya, jangan sampai sirna pula ingatan kita akan nasib buruk yang menimpa kita. Hanya dengan cara seperti pertemuan malam ini upaya mengingat itu. Semoga di tahun berikutnya kita hanya melihat langit biru. Dan ingat, jangan sampai kita lupa dengan azab asap ini,” tutupnya tegas.

Laporan: Jefrizal









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook