Sudah lama, kondisi waduk Cipta Karya di Kecamatan Tuah Madani memprihatinkan. Drainase atau saluran air menuju ke waduk rusak parah. Menurut warga sekitar, kerusakan drainase sepanjang sekitar 100 meter sudah lama terjadi, namun tak kunjung dilakukan perbaikan.
Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Tuah Madani
Waduk Cipta Karya memiliki fungsi krusial untuk pencegahan banjir, karena menampung air yang mengalir dari saluran di Jalan Soebrantas dan sekitarnya.
Pantauan Riau Pos, Rabu (25/10), rumput di sekitar waduk tumbuh subur yang bersaing dengan sampah. Bahkan rumput dan sampah ikut betumpuk dalam saluran menuju waduk Cipta Karya.
Kondisi dinding saluran atau drainase lebih mengenaskan. Dinding drainase itu sudah bertahun-tahun roboh dan menghalangi aluran air menuju waduk. Kondisi ini bisa dilihat oleh siapapun lewat akses Gang Akasia di Jalan Cipta Karya, Kecamatan Tuah Madani itu.
Kondisi itu membuat aliran air yang masuk ke waduk semakin mengecil. Sedangkan aliran air yang keluar menuju Jalan Cipta karya berada di Gang Akasia, terdapat rumput yang menjalar di bibir drainase berakibat mempersempit aliran air yang keluar.
Kondisi bukaan lahan di sekitar waduk, yang awalnya dirancang sebagai taman, juga sangat tidak terawat. Jika dilihat dari kejauhan, rumput tinggi di sekitar atas waduk seperti semak belukar yang merambat ke dinding bawah waduk.
Selain itu sekeliling permukaan waduk, terlihat rumput berwarna hijau tua, muda, hingga kecoklatan hampir menutupi permukaan. Bahkan dilihat dari dekat, lumut yang menempel semakin tebal. Secara kasat mata, waduk pencegah banjir ini sudah mengalami sedimentasi berat.
Masdalifah, warga yang tinggal di Gang Damai sekitar waduk menyebutkan, kerusakan drainase ini akibat hujan lebat diiringi dengan arus air yang deras. Hal itu membuat drainase lama kelamaan roboh. Drainase roboh kurang lebih sudah 5 tahun lamanya.
Dia merasa heran, sampai sekarang belum pernah diperbaiki sama sekali. Kini dinding runtuhan drainase sudah terdapat rumputan dan pasir yang banyak disertai sampah plastik yang tergabung.
”Aliran ini dari Jalan Soebrantas, kalau udah hujan lebat, kaya tadi malam kan, nah air itu naik tinggi kadang sampai ke kebun saya depan ini. Untung saja airnya cepat surut, kalau sampai seharian hujan terus kebun saya jadi becek dan baunya minta ampun,” ujar Masdalifah ketika ditemui Riau Pos yang sedang menyapu halaman rumah.
Masdalifah menambahkan, dulunya waduk ini tiap hari banyak yang memancing, karena ikannya juga banyak. Bahkan ada sampai bawa pulang dua ember penuh ikan. Tetapi berbeda dengan sekarang, ikar sudah hampir hilang, yang tersisa adalah bau busuk.
Ibu rumah tangga itu berbicara apa asanya. Di pinggiran bawah waduk masih dipenuhi sampah yang mangambang di sekeliling waduk. Sampah berupa botol minuman, plastik, kardus, dedaunan menyatu dengan rumputan yang sudah menjalar dari atas ke kebawah sehingga air waduk sangat kotor.
Keadaan air di dalam waduk tersebut terlihat berwarna cokelat kehitaman. Air yang mengalir keluar dari waduk menuju drainase Gang Akasia, terpantau jelas terhambat dengan rerumputan yang sudah hampir menutupi bibir drainase. Air yang keluar dari waduk sedikit bercampur lumpur dan sampah yang ikut mengalir.
Sementara itu, saluran air yang masuk dari Gang Damai melewati drainase yang roboh menuju waduk kerap diterpa banjir bila saat hujan turun. Pantauan Riau Pos di Gang Damai, kondisi dinding drainase yang runtuh sangat memprihatinkan. Reruntuhan drainase tersebut membuat air yang masuk dari Jalan Soebrantas tidak mengalir dengan lancar.
Warga sekitar berharap dinas kebersihan datang untuk membersihkan rumput dan sampah yang ada di waduk tersebut. Tak hanya itu, warga menyampaikan kepada Riau Pos bahwa permintaannya yang penting kepada pemerintah bahwa drainase yang hancur ini segera cepat dibenahi.
Pasalnya menurut warga, sudah bertahun - tahun warga khawatir dan selalu was - was. Karena ketika hujan lebat turun, drainase yang hancur mengakibatkan saluran semakin sempit dan akhirnya air meluap naik ke pemukiman warga.***