SISI LAIN KEHIDUPAN DI WUHAN, ASAL SEBARAN 2019 NOVEL CORONAVIRUS

Kami Baik-Baik Saja, Mohon Doanya dari Riau

Feature | Selasa, 28 Januari 2020 - 13:49 WIB

Kami Baik-Baik Saja, Mohon Doanya dari Riau
Kondisi beberapa ruas jalan di pusat Kota Wuhan, Cina. Pasca merebaknya virus corona, Kota Wuhan terlihat sepi lantaran tidak ada warga yang beraktivitas di luar rumah karena transportasi massa juga dihentikan beberapa hari lalu. (RIO ALFI FOR RIAUPOS.CO)

Hampir dua tahun di Wuhan, perempuan berhijab asal Tanjung Datuk, Pekanbaru ini mengaku tidak ada yang janggal dengan tempat dia menuntut ilmu. Barangkali menurutnya karena minimnya interaksi dengan warga dan lebih banyak menghabiskan waktu di kampus dan asrama. Dilanjutkannya, pemerintah setempat juga tidak melarang keluar rumah dan beraktivitas lainnya.

"Jadi menutup kota artinya yang di dalam kota tidak boleh keluar dan yang di luar tidak boleh masuk," sambung Rifqa.


Karena kebijakan demikian, lanjutnya, sejak sepekan jelang puncak Imlek, Kota Wuhan terlihat menjadi sepi. "Ditambah ada libur kuliah hingga pertengahan Februari, lalu libur hari raya Cina dan sekarang masuk liburan musim dingin di Cina," bebernya.

Masih dijelaskan Rifqa di sela rapat bersama PPIT Ahad malam, mahasiswa Indonesia yang sekolah di Cina, semuanya rata-rata tinggal di asrama. Hal ini karena tiap kampus menyediakan asrama. Bahkan di lingkungan asrama juga terdapat hampir seluruh fasilitas. “Ada supermarket dan lain-lainnya. Jadi keperluan sehari-hari kami beli dan masak sama-sama di asrama,” sambung Rifqa.

Sehingga meskipun isu Coronavirus di daratan Cina beredar kencang di media sosial dengan narasi dan video mengerikan, Rifqa dan rekan-rekannya tetap beraktivitas seperti biasa. Misalnya tetap keluar untuk belanja.

"Nggak ada larangan untuk ini. Biasannya kami belanja sekaligus untuk beberapa hari, biar nggak bolak-balik," akunya.

Memang, pihak kampus masing-masing diakuinya tetap waspada. Misalnya imbauan untuk menjaga kesehatan, menggunakan masker ketika keluar dan beraktivitas. Serta rajin mencuci tangan menggunakan sabun. Memang langkah preventif ini kerap disarankan tim medis dalam mencegah terjangkit virus corona. "Kampus juga menyediakan masker gratis. Per kamar malahan. Yang jelas tetap jaga kebersihan selalu," katanya.

Apakah tidak khawatir menetap di daerah yang menjadi pusat virus mematikan? Sebagai muslim yang sudah menetap sejak September 2018, Rifqa memang punya kekhawatiran tersendiri. Namun lebih kepada informasi beredar di luar soal kondisi yang terjadi. Menurutnya semakin kerap kabar beredar yang bukan-bukan, maka akan berdampak pada keresahan WNI dan warga lainnya di Wuhan. Ia pun berharap kepada Riau Pos agar menginformasikan perihal sisi lain dari Kota Wuhan secara menyeluruh dan tidak sensasional semata.

"Soalnya banyak berita beredar membuat resah kawan-kawan di sini. Kami selain menjaga fisik teman-teman, juga harus menjaga psikis. Sama sulitnya. Karena kalau panik, sistem imun menurun, mudah terserang penyakit," keluhnya.

Selain itu, menjaga perasaan keluarga di kampung halaman menurutnya juga menjadi sebuah hal yang perlu dilakukan dalam kondisi sekarang. Karena menetap di kota besar seperti Wuhan yang terletak di tengah-tengah Cina, karena dekat ke utara dan selatan memang menurutnya harus membiasakan senyaman mungkin.

"Karenanya saya dan teman-teman di PPIT rutin kontak KBRI dan Kemenlu di sini," ceritanya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook