Masjid Raya Provinsi Riau Nurul Wathan yang terletak di Jalan Lintas Sumatera, Kecamatan Rumbai Barat, Kota Pekanbaru selalu menarik perhatian warga yang melintas. Ternyata masjid ini belum diresmikan, tapi sudah difungsionalkan oleh masyarakat di sekitar. Kajian-kajian Islam sudah diaktifkan di masjid ini, bahkan rasa ingin kembali beribadah di sini muncul ketika sudah singgah.
Laporan JOKO SUSILO, Pekanbaru
JEMBATAN Siak II yang sudah diduplikasi atau kini terdapat dua jalur di daerah Palas kini sudah mulus. Jika melintasi Jembatan Siak II ini dalam tiga tahun terakhir, tentu akan terlihat bangunan baru, tepatnya di samping jembatan tersebut.
Bangunan tersebut berwarna putih dengan kubah yang besar. Berada tepat di tepian Sungai Jantan, sebutan lain Sungai Siak, bangunan ini pun kerap menarik minat dan pertanyaan pengendara sampai akhirnya tulisan terpasang di depan bangunan tersebut yakni Masjid Raya Provinsi Riau, Nurul Wathan Siak II.
Riau Pos berkunjung ke masjid di pinggiran Kota Pekanbaru itu. Rutenya bisa ditempuh dari berbagai lintasan jalan penghubung yang ada di Kota Pekanbaru. Salah satu pilihan jalan yang dipilih Riau Pos adalah melalui Jalan SM Amin-Jalan Lintas Sumatera. Bundaran Jalan Air Hitam sekitar terminal BRPS juga lebih dulu Riau Pos lalui. Itu merupakan rute jalan terdekat dari kantor Riau Pos di Graha Pena Riau, Jalan HR Soebrantas.
Memang terasa cukup jauh jika baru pertama kalinya mengunjungi masjid tersebut. Namun akan terasa sangat menyenangkan ketika sudah beberapa kali datang ke masjid itu. “Tak begitu jauhlah, paling sekitar sepuluh menitan sudah sampai,” ungkap Rudi Hartono.
Lelaki yang ramah ini merupakan ASN Pemprov Riau yang bertugas sebagai sekretaris pengelola masjid itu sejak difungsikan sekitar dua bulan silam, atau Oktober 2022. Masjid itu belum diresmikan karena proyek pembangunannya masih belum tuntas. Pembangunan masjid sudah dimulai sejak sekitar tahun 2018 lalu dan puluhan miliar anggaran telah dikucurkan Pemprov Riau.
“Informasinya sudah mulai dibangun sejak tahun 2017 atau 2018 lalu. Belum diresmikan karena sudah lama bangunannya, kan sayang. Jadi ada keinginan warga setempat agar masjid difungsikan saja dulu sembari menunggu kelanjutan finising fisik bangunannya,” tambah Rudi yang ditemui Riau Pos sesaat menunggu waktu Salat Zuhur berjemaah.
Dari kejauhan, masjid terlihat sangat mengagumkan. Desain fisik bangunan juga terkesan inspiratif. Bentuk kubah masjid menawan. Keseluruhan bangunan masjid didominasi dengan warna putih salju yang adem.
Bersama dengan Rudi, Riau Pos ditemani melihat bangunan masjid yang sangat besar itu. Bangunan masjid ini tidak hanya indah, namun juga modern dilengkapi dengan tangga listrik alias eskalator. Namun saat ini eskalator itu belum difungsikan dan masih diselimuti plastik.
“Eskalatornya sudah ada, namun memang belum difungsikan untuk saat ini,” ungkap Rudi yang menemani Riau Pos sampai di eskalator masjid tersebut.
Gapura induk yang dibangun sangat besar menyapa lebih dulu bagi setiap orang yang ingin memasuki area masjid itu. Gapura didominasi warna putih dengan paduan gambar ukiran selembayung yang bermotif cantik nan indah. Begitu juga dengan dinding masjidnya.
Setelah melewati gapura masjid, terlihat beberapa petugas yang sedang berjaga di bangunan pos di sebelah kiri masjid. “Silakan masuk dan parkir di sebelah sana ya,” ungkap salah satu petugas itu sambil mengangkat tangannya seraya menunjuk ke area parkir yang belum tertata itu.
Selain area parkir yang belum ada tersentuh pembangunannya, taman masjidnya yang belum terbentuk. Ke depan pembangunan area parkir dan taman masjid itu bakal dituntaskan bersamaan finising pembangunan fisik bangunan masjid, begitu juga dengan menara masjid baru berbetuk rangka. Posisinya berada di bagian sisi depan masjid dan mudah dilihat dari jalan lintas tersebut.
Di beberapa bagian fisik bangunan juga memerlukan sentuhan akhir yang apik. Lantai keramik yang retak dan pecah juga perlu diganti, begitu juga dengan beberapa sudut dinding karena adanya retakan rambut di dinding.
Bangunan masjid terdiri dari dua lantai. Di lantai dasar ada area toilet dan tempat berwudu, baik untuk laki-laki dan untuk perempuan. Cukup luas tempat berwudu tersebut, juga ada puluhan keran air berjejer serta puluhan toiletnya.
Toilet dan tempat berwudu itu berada di sisi bagian belakang masjid. Kondisinya juga masih perlu perawatan. Masih banyak sisa ceceran cat di lantai keramiknya. Handle pintu toilet banyak yang belum terpasang, hanya ada beberapa pintu yang terpasang dan bisa difungsikan.
Tepat di lantai dasar masjid itu, terdapat beberapa ruangan yang sebagian cukup luas dan sebagian ukurannya lebih kecil. Rudi mengatakan ruangan-ruangan itu rencananya bakal difungsikan untuk kegiatan mengaji anak-anak warga sekitar. Namun karena kondisinya belum dibersihkan kegiatan itu masih ditunda. “Rencana untuk mengaji anak-anak. Mudah-mudahan anak sekitar bisa berkumpul untuk mengaji di masjid ini,” ungkapnya lagi.
Ruangan itu masih banyak terisi dengan perkakas sisa bangunan dan kardus-kardus serta beberapa meja kayu. Beberapa orang terlihat sedang sibuk membersihkan kaca jendela dan kusen dari ceceran cat putih. Di sisi lain masjid, terlihat seorang ibu sedang membersihkan lantai dan mengepelnya. “Lagi membersihkan lantai. Saya tak sendiri tapi ada sekitar belasan orang yang cleaning service (CS) di masjid ini,” ungkap ibu itu yang mengaku bernama Sri saat ditemui Riau Pos di lantai dasar bagian teras masjid.
Dengan keterbatasan anggaran dan pembangunan masjid yang belum tuntas tersebut, warga sekitar dan pengurus masjid bahu-membahu menghidupkan aktivitas di masjid raya tersebut. Meski belum diresmikan, warga dan pengurus masjid menghidupkan kegiatan kajian agama dan pengajian di masjid itu.
“Jadi para penjaga, CS- nya, dan imam masjid serta lainnya memang belum ada diberikan honor. Mereka ikhlas bekerja. Mereka warga sini semua yang ingin menghidupkan kegiatan pengajian dan lainnya di masjid. Kalau untuk token listrik ya masih ditanggung Pemprov Riau. Lampu di masjid hanya beberapa yang dinyalakan. AC juga belum terpasang, baru satu kipas angin di tempat salat,” ungkap Rudi.
Tempat salat berjemaah berada di lantai dua. Karena eskalatornya belum difungsikan, Riau Pos menggunakan akses tangga di bagian belakang masjid. Posisi tangga sejajar dengan pintu toilet dan area tempat berwudu. Jadi setelah berwudu bisa berjalan 10 meter untuk naik anak tangganya. Anak tangga itu belum dilapisi keramik sehingga terkesan kurang bersih.
Pada lantai dua tersebut, Riau Pos juga melihat beberapa orang yang sedang bekerja membersihkan cat yang menempel di dinding kaca jendela. Memasuki ruang salat tersebut, tidak seperti yang dibayangkan. Ruangan salat belum memiliki fasilitas AC atau pendingin ruanganserta fasilitas penunjang lainnya selayaknya masjid raya.
Bahkan sajadah yang digelar hanya ada tiga baris. Tidak menutupi lantai keramik masjid tersebut. Ruangan tempat salat sangat luas sekali, diperkirakan dapat menampung ribuan jemaah. “Mungkin bisa menampung sampai ribuan jemaah. Tapi saya kurang pastinya,” ungkap Rudi.
Ruangan salat didominasi dengan warna putih dan dilengkapi kaligrafi ayat-ayat Al-Qu’ran. Memandang ke atas, langit-langit ruangan tersebut cukup tinggi sekali. Plafon sudah terpasang dengan desain nan apik dan indah yang juga berwarna putih.
Ruangan salat yang sangat luas tersebut tidak ada tiang induknya, di tengah ruangan yang menjadi tumpuan atapnya. “Ini yang menjadi salah satu fenomenalnya masjid ini. Tidak ada tiang induk di tengah ruangan salah seperti bangunan masjid lain pada umumnya. Padahal kan atapnya dibangun dari semen coran beton,” jelas Rudi lagi.
“Allahu Akbar... Allahu Akbar...” sesaat kemudian terdengar merdunya suara azan yang dikumandangkan oleh warga sekitar. Para jemaah masjid Raya Provinsi Riau pun berdatangan bersiap untuk Salat Zuhur berjemaah.
Siang itu para jemaah melaksanakan salat dengan khusuk. Mantan Wakil Wali Kota Pekanbaru Ayat Cahyadi terlihat ikut dalam saf jemaah. Beberapa jemaah yang menyadari kehadiran Ayat Cahyadi langsung mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengannya.
Pengalaman salat di Masjid Raya Provinsi Riau memang terkesan lain dan terasa berbeda. Memang benar kabar itu, siapa saja yang salat di masjid tersebut ingin selalu kembali, baik berjemaah maupun seorang diri.
Pada Oktober 2022 silam, Gubernur Riau Syamsuar didampingi Pj Wali Kota Pekanbaru Muflihun dan jajaran pejabatnya mengunjungi masjid tersebut. Mereka juga melaksanakan Salat Jumat perdana. Ratusan jemaah yang terdiri dari ASN dan warga memenuhi masjid untuk bisa salat berjemaah.
Dikatakan Gubri, dengan dilakukan salat berjemaah, nantinya dapat diketahui apa saja yang masih perlu dilakukan perbaikan. Karena pada APBD murni 2023, pihaknya juga sudah menganggarkan dana untuk penyelesaian pembangunan masjid. “Jadi sembari masjid digunakan, finishing juga akan terus dilakukan,” sebutnya.
Gubri Syamsuar juga mengaku tak menyangka, jika pelaksanaan Salat Jumat perdana di Masjid Nurul Wathan ini akan diikuti ribuan jemaah. Pasalnya, pihaknya memprediksi hanya akan ada lima saf salat. “Tapi ternyata lebih dari itu. Artinya antusias masyarakat di sekitar masjid sangat luar biasa,” ujarnya.
Terkait nama masjid, Gubri Syamsuar menyebut bahwa arti dari Nurul Wathan adalah negeri yang bercahaya.(egp)