MELIHAT MUSIM PANEN PADI PETANI DI DESA BANTAN AIR, BENGKALIS

Sulit Keluarkan Hasil Produksi, Petani Minta Bangun Jalan

Feature | Minggu, 21 November 2021 - 17:20 WIB

Sulit Keluarkan Hasil Produksi, Petani Minta Bangun Jalan
Petani padi asal Desa Bantan Air membawa hasil panen padinya menggunakan gerobak yang dirarik motor melintasi jalan tanah yang berlumpur menuju Desa Bantan Air, Sabtu (21/11/2021). (ABU KASIM/RIAUPOS.CO)

Musim panen padi oleh petani di Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan bersamaan dengan pasang air laut serta instensitas curah hujan yang tinggi. Sehingga menyebabkan petani kewalahan memanen padi yang sudah menunging, ditambah kondisi jalan di lokasi pertanian yang rusak.

Laporan: Abu Kasim (Bengkalis)

PANAS terik sinar matahari siang itu, Sabtu (20/11/2021) terasa menyengat di kulit. Keringat bercucuran derat, ketika Riaupos.co ikut bersama petani memanen padi di lahan pertanian padi di Dusun 1, Pantai Berencah, Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan.


Meski musim panen tahunan ini, menjadi hari bahagia bagi petani padi di Dusun 1 Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, namun kebahagian itu tak seindah dengan hasil padi yang diperoleh. Karena jika melihat kondisi infrastruktur jalan dan juga ancaman air pasang laut, yang saat ini sedang mengancam petani membuat petani berpacu dengan kondisi alam.

Karena saat melakukan penen, puluhan hektare lahan padi sudah banyak yang terendam air hujan dan banyak pohon padinya tumbang dan terendam banjir. Bahkan yang lebih mengkahwatirkan petani adalah, dikala pasang yang naik ke lahan pertanian mereka.

'’Memanen padi  disaat intensitas curah hujan tinggi harus cepat dilakukan. Jika tidak maka padinya rusak akibat terendam air. Bahkan jika sampai 4 hari, maka padi-padi itu akan tumbuh menjadi benih padi dan ini tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk menjadi beras,’’ ujar Bakhtiar, salah seorang petani di Desa Bantan Air.

Ia bersama istri serta petani padi yang lain, siang itu terlihat mengambil padi dengan cara memotong bagian batang dengan menggunakan arit atau pisau. Memanen seperti ini merupakan cara tradisional yang dilakukan petani, selain mengirit biaya, juga untuk mengatur volusi panin padi agar tidak bersamaan pengambilannya.

'’Ya, pakai sabit. Nanti setelah disabit padinya kita tumpuk diatas batangnya dan kemudian setelah di aret semuannya, barulah dimasukkan ke dalam mesin perontok padi,’’ ujar Bakhtiar yang kala itu sudah berhasil mengambil padinya sebanyak 10 karung ukuran 50 kg.

Ia mengatakan, memanen padi seperti saat ini harus dilakukan cepat. Karena setelah dipanen dan dibawa pulang, padi-padi ini harus dijemur kembali selama empat hari dan setelah dipastikan kering, barulah disimpang dan dimasukkan ke dalam karung.

Sedangkan Khairuddin yang ikut membantu abangnya melansir padi yang sudah dimasukkan ke dalam karung harus dipikul satu persatu menuju jalan yang ada di areal perswahan untuk dibawa k rumahnya yang berjarak 10 km.

‘’Ya harus dipikul satu persatu karung. Karena kondisi jalan di laksi panen padi terendam banjir, maka padi harus dipikul dan juga diangkut dengan gerobak dorong. Setelah itu barulah dimuat ke dalam gerobok besar yang ditarik menggunakan sepeda motor,’’ ujarnya.

Setelah tumpukan padi sebanyak 10 karung itu dimuat ke dalam gerombok kayu dan ditarik menggunakan sepeda motor, Khairuddin terlihat kesulitan melintasi jalan berukuran 1.5 meter. Karena untuk keluar dari lokasi persawahan harus menempuh jalanberlumpur dan rusak berat.

'’Ya, beginilah kondisi jalan di lokasi persawahan petani. Di saat kami berburu dengan alam, yakni ancaman banjir hujan dan pasang air laut, kami juga kesulitan mengeluarkan hasil panen padi. Karena kondisi jalan berlumpur dan juga rusak berat, ini ada sekitar 4 km lagi yang belum diaspal. Tapi ini membuat petani kesulitan mengeluarkan hasil panen padi,’’ ujarnya.

Ia mengharapkan, agar pemerintah dalam hal ini Bupati Bengkalis melalui Dinas Pertanian dan petani juga meminta kepada Gubernur Riau melalui Dinas Pertanian Riau, agar turun ke lapangan melihat kondisi petani. Petani hanya minta dibangunkan jalan agar petani mudah mengeluarkan hasil panen padinya.

Setelah melewati jalan berlumpur dan rusak, akhirnya gerobak bermuatan padi yang baru dipanen sampai ke ujung jalan yang di aspal dan Khairudin mengeluarkan padi dan ditumpuknya di pinggir jalan. Ia kemudian kembali lagi ke lokasi pemanenan padi untuk mengangkut kembali hasil panen padi abangnya.

Terhadap kondisi itu, Kepala Desa Bantan Air, Zulkarnain juga mengaku sudah menerima keluhan para petani di desanya. Namun dirinya tidak bisa berbuat banyak, karena untuk usulan pembangunan jalan dilokasi persawahan masyarakat setiap tahun melalui musrenbang desa selalu diusulkan.

'’Setiap musrenbang desa selalu kita usulkan. Namun tidak pernah terealisasi dan masyarakat harus menerima kondisi jalan buruk dan membuat mereka kesulitan mengeluarkan hasil pertanian padi mereka,’’ ujarnya.

Zulkarnain berharap, agar usulan dari desa dapat diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis, karena luas lahan pertanian di desanya cukup luas yang mencapai ratusan hektare. Tapi infrastrukturnya sangat buruk dan masyarakat kesulitannya ketika jalan terendam banjir.***

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook