IN MEMORIAM SYEKH ALI JABER, ULAMA TAWADUK YANG JADI PELAYAN ALQURAN

Pilih Indonesia Jadi Ladang Dakwah

Feature | Jumat, 15 Januari 2021 - 08:00 WIB

Pilih Indonesia Jadi Ladang Dakwah
Muhammad Jabeer (memegang mikrofon) bersama Ustaz Yusuf Mansyur memimpin doa saat pemakaman Syekh Ali Jaber di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran, Tangerang, Kamis (14/1/2020).(MUHAMAD ALI/JPG)

Sejak itulah ia terus mendapat kepercayaan masyarakat di sejumlah tempat di Indonesia. Demi menunjang komunikasinya dalam berdakwah, ia pun mulai belajar bahasa Indonesia. Sebagai seorang hafizh, Syekh Ali memang begitu menginginkan agar banyak di antara umat Islam Indonesia juga dapat hapal Alquran.

Kehadiran Syekh Ali Jaber mendapat sambutan baik oleh masyarakat Indonesia karena dakwahnya yang menyejukkan, penyampaiannya sangat rinci dilengkapi dengan ayat-ayat Alquran dan hadits. Sejak saat itu, Syekh Ali Jaber mulai sering dipanggil keliling Indonesia untuk syiar Islam.


Sehingga ia mendapatkan penghargaan dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2012 dianugerahi kehormatan menjadi warga negara Indonesia (WNI). Sejak saat itulah beliau merasa mendapat amanah yang harus diemban untuk terus berdakwah atas nama Indonesia dan untuk Indonesia. Sejak itu pula beliau rutin mengisi acara Damai Indonesiaku di TvOne dan menjadi juri Hafizh Indonesia di stasiun televisi RCTI.

Karier Syekh Ali Jaber terus mengalir, beliau mulai tampil di berbagai program televisi, bahkan beliau juga mulai menjadi aktor dalam film "Surga Menanti" pada tahun 2016. Popularitas Syekh Ali Jaber tidak kalah dengan penceramah ternama Indonesia lainnya. Namun meskipun sudah tenar lewat media, beliau tetap rendah hati dan masih berkeliling menjadi khatib Jumat di masjid-masjid kecil di pelosok kota dan daerah.

Ia ingin menjadi khadimul Quran, pelayan Alquran, yang mengabdikan dirinya untuk mengajarkan Alquran. Menurutnya, semua bisa hafal Alquran, bahkan hafal Alquran itu mudah. Yang sulit adalah mengamalkannya. Keinginan itu kian terbuka lebar untuk diwujudkan. Sebagai pengajar tahfizh Aluran di Islamic Centre Cakranegara, Lombok dan berdakwah melalui media bersama Ustaz Yusuf Mansur dalam program Nikmatnya Sedakah di salah satu stasiun televisi swasta, dan Indonesia Menghafal.

Tahun 2009-2010, Syekh Ali pernah mendatangkan keluarganya untuk membantu program menghafal Alquran di Indonesia. Kesebelas adiknya, baik yang laki-laki maupun perempuan, juga hafal Alquran. Kini ia baru menyadari manfaat didikan orang tuanya yang keras dalam mengajarkan agama.

Sekaligus Syekh Ali benar-benar merasakan manfaatnya dalam belajar Al-Quran. "Saya merasa bersyukur atas pendidikan yang diberikan orangtua kepada saya," katanya. Ia berharap bisa bermanfaat untuk umat Islam dan juga untuk dirinya sendiri, dan meraih ridha Allah SWT. Syekh Ali juga merasa bersyukur bisa begitu diterima semua kalangan, baik masyarakat maupun pejabat.

11 Tahun Sudah Hapal 30 Juz
Di masa kecil, Syekh Ali Jaber menjalani pendidikan baik formal maupun informal di Madinah. Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang religius. Di Madinah ia memiliki masjid besar yang digunakan untuk syiar Islam.

Sebagai anak pertama dari dua belas bersaudara, Syekh Ali Jaber dituntut untuk meneruskan perjuangan ayahnya dalam syiar Islam. Meski pada awalnya apa yang ia jalani adalah keinginan sang ayah, lama-kelamaan ia menyadari itu sebagai kebutuhannya sendiri. Tidak mengherankan, di usianya yang masih terbilang belia, sebelas tahun, ia telah hafal Alquran 30 juz.

Sejak itu pula Syekh Ali memulai berdakwah mengajarkan ayat-ayat Allah SWT di satu masjid ke masjid lainnya. Ia juga aktif sebagai guru tahfiz di Masjid Nabawi dan menjadi Imam Besar salat di salah satu masjid di kota Madinah.

Sejak kecil Ali Jaber telah menekuni membaca Alquran. Ayahandanyalah yang memotivasi Ali Jaber untuk belajar Alquran, karena dalam kitab suci itu terdapat semua ilmu Allah SWT. Dalam mendidik agama, khususnya Alquran dan salat, ayahnya sangat keras, bahkan tidak segan-segan memukul bila Ali Jaber kecil tidak menjalankan salat. Ini implementasi dari hadis Nabi Muhammad SAW yang membolehkan memukul anak bila di usia tujuh tahun tidak melaksanakan salat fardhu.

Ulama yang Jauh dari Permusuhan
Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya pendakwah Syekh Ali Jaber. Ia mendoakan semoga Syekh Ali Jaber amal dan ibadanya selama hidup ini bisa diterima oleh Allah SWT.

"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Dengan rasa duka yang mendalam, saya mendoakan kiranya Allah Swt menerima berpulangnya hamba-Nya yang soleh Syekh Ali Jaber. Semoga sang Kholik juga menerima segala amal ibadah almarhum dan khusnul khatimah," ujar SBY dalam akun Twitter miliknya @SBYudhoyono, Kamis (14/1).

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini menambahkan, Syekh Ali Jaber adalah ulama yang jauh dari permusuhan. Ceramah-ceramahnya juga menyejukan umat Islam.

"Saya mengenal almarhum sebagai ulama yang teduh. Syiar dan fatwanya mencerdaskan umat. Tutur kata Syekh Ali Jaber jauh dari kebencian (hatred) dan juga bukan permusuhan (hostility). Mendengarkan ceramahnya, hati saya tenteram dan bersyukur karena itulah ajaran Islam yang sejati," katanya.

SBY juga menambahkan, dirinya mempunyai kenangan khusus dengan Syekh Ali Jaber. Kala sang istri Ani Yudhoyono dirawat di RS Singapura 2019 silam, Syekh Ali Jaber datang menjenguk. Saat itu SBY mendengarkan tausiyah Ali Jaber kepada sang istri yang menyejukan dan mememinta kepada Ani Yudhoyono untuk sabar menghadapi dari penyakit yang dideritanya.(zed)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook