Data yang terekam juga dapat digunakan untuk menyusun prioritisasi pekerjaan kritikal dan perawatan sumur serta peralatan. Salah satu contoh hasilnya, total siklus jadwal waktu rig perawatan rutin dan pengerjaan ulang sumur (workover) turun hingga lebih dari 30 persen sehingga biaya operasi lebih efisien. ”Mobilisasi logistik pendukung operasi migas dapat berjalan sistematis dan efisien. Pergerakan kendaraan operasional perusahaan juga dapat dipantau dari fasilitas IODSC ini,” papar Manager IODSC Tomi Ihwanto.
Selain mendukung kegiatan produksi migas, PHR WK Rokan juga menerapkan teknologi digital dalam pengamanan fasilitas pipa penyalur minyak mentah. PHR WK Rokan memanfaatkan tekonolgi drone dan kecerdasan buatan untuk melakukan identifikasi dan segmentasi obyek di sekitar jalur pipa. Apabila ada indikasi kegiatan yang mencurigakan, drone tersebut dapat secara langsung (real time) mentransmisikan gambar dan mengirim pesan singkat ke tim terkait di internal PHR WK Rokan. Teknologi ini berhasil menekan angka pencurian minyak mentah (illegal tapping) di jalur-jalur pipa penyalur.
Berkat IODSC, potensi kehilangan produksi minyak di WK Rokan turun 40 persen dalam tiga tahun terakhir. “Kalau kami bisa menurunkan kehilangan minyak sampai seribu barel per hari, hasilnya sama dengan kalau kita mengebor 10 sumur baru!,” tambah Ivan.
Inovasi digital juga diterapkan dalam kegiatan pengamanan pipa penyalur minyak dengan memanfaatkan drone fixed wing. Drone yang disandingkan dengan artificial intelligence object detection mampu mendeteksi keberadaan orang, kendaraan yang sedang parkir, maupun objek lainnya di dekat pipa.
Penerapan Teknologi Jadi Poin Terpenting
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) mendukung implementasi teknologi mutakhir dalam industri migas di Indonesia seiring tantangan industri 4.0 di era digital yang menuntut transformasi teknologi dalam setiap aktivitas bisnis.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, Indonesia memiliki sekitar 128 cekungan yang mengandung minyak atau gas. Namun, baru 58 cekungan yang sudah dieksplorasi. Dari jumlah tersebut, baru 19 cekungan yang sudah memproduksi migas secara komersial.
Dari situ, keberadaan teknologi sangat penting untuk kelangsungan industri migas. Ambil contoh, ketika proses pengeboran minyak dilakukan dengan bantuan teknologi digital, maka jumlah minyak yang dihasilkan dapat diukur secara akurat.
Begitu pula dengan kegiatan seismik. Dengan bantuan teknologi, maka jumlah cadangan minyak yang terdapat di dalam sumur dapat diprediksi secara pasti.
“Harapannya implementasi teknologi berbasis digital dapat membuat biaya dari pelaku industri migas dapat berkurang serendah mungkin,” ungkap Dwi
Selain membuat biaya eksplorasi, produksi, dan distribusi migas berkurang, kehadiran teknologi berbasis digital juga membuat kegiatan migas dapat diawasi secara menyeluruh dan terintegrasi.
“Jadi, teknologi membuat kita bisa mengetahui progress pengeboran di sumur offshore dari kantor pusat," sebut Dwi.
Hingga saat ini industri hulu migas masih memegang peran penting sebagai penggerak perekonomian nasional karena migas masih berkontribusi sebesar 54 persen dari total bauran energi saat ini. Bahkan migas diprediksi masih akan mendukung sebanyak 44 persen dari bauran energi pada tahun 2050 mendatang. Sampai tahun 2030 pemakaian energi fosil dalam bauran energi masih dominan, yaitu sekitar 40 persen, dan di tahun 2050 sekitar 36 persen. Untuk itu, perlu peningkatan produksi migas yang masif demi mendukung keberlanjutan energi tersebut.
"Dorongan bagi para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk kembali menggeliatkan kegiatan eksplorasi dan produksi migas sangat penting. Dengan adanya dorongan ini menunjukkan adanya semangat yang sama untuk memastikan bahwa industri migas Indonesia bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19," ujar Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut Rikky Rahmat Firdaus kepada Riau Pos.
Penerapan teknologi juga menjadi salah satu poin penting di sektor hulu migas. Semakin baru teknologi yang digunakan akan lebih efisien sehingga keekonomian menjadi semakin baik. Teknologi terbaru tentu akan mendukung eksplorasi migas Indonesia mulai dari teknologi dan alat pendukung pengeboran hingga metode produksi minyak lanjutan atau enhance oil recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi lapangan migas existing.
Dijelaskan Rikky, SKK Migas telah menyiapkan empat strategi untuk mengejar target produksi tersebut. Pertama, mempertahankan produksi-produksi yang sudah ada. Kedua, upaya percepatan sumber daya menjadi produksi. Ketiga, penerapan enhanced oil recovery (EOR). Keempat, melakukan kegiatan eksplorasi yang masif.
"Keempat strategi tersebut saling terkait, sehingga semuanya harus memenuhi target yang ditetapkan. Selain kegiatan yang mendukung upaya peningkatan produksi, SKK Migas dan KKKS melakukan serangkaian kegiatan di 2021 untuk mengawal target jangka menengah dan jangka panjang demi mengejar visi 2030," katanya.
Pemerintah menargetkan peningkatan produksi minyak sebesar satu juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (bscfd). Salah satu kunci untuk mencapai peningkatan tersebut yakni dengan menerapkan digitalisasi.
Di industri hulu migas, penerapan operasional berbasis digital merupakan sebuah keharusan agar perusahaan bisa menjalankan kegiatan lebih efisien. Terlebih ketika industri hulu migas di seluruh dunia harus berjibaku mempertahankan level operasional yang optimal saat menghadapi wabah pandemi Covid-19 dan penurunan harga minyak. Pada umumnya industri hulu migas berada di remote area. Maka keberhasilan menerapkan operasional secara digital akan sangat berdampak pada efektivitas dan efisiensi operasional.***