Bertekad membanggakan keluarga dan menjadi role model untuk sang buah hati, Bripka Junita Ramadani mewakili Tanah Air dalam misi kemanusiaan PBB di Sudan Selatan sejak 7 Agustus 2022. Polwan Polresta Pekanbaru, Polda Riau ini berbagi perihal jejak langkah perjalanan yang dilalui hingga mengabdi di negeri orang.
Laporan BAYU SAPUTRA, Pekanbaru
BRIPKA Junita mengikuti seleksi penugasan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam misi UNIMISS di Field Office Kuajok-South Sudan (Sudah Selatan) sebagai Police Advisor di Operation and Focal Point Gender. Lulusan Sepolwan Angkatan 31 Tahun 2005 Gelombang I ini menceritakan pengalamannya mengikuti mekanisme United Nation Selection Assessment and Assistance Team (UNSAAT) hingga pengalamannya bekerja sama dengan polisi-polisi dari berbagai negara anggota UN.
Junita sapaan akrabnya menjelaskan, pada awalnya ia mendapat surat telegram dari Mabes Polri untuk pendaftaran misi perdamaian PBB/United Nation (UN). Dirinya pun mendaftar melalui Bagian Sumber Daya Manusia Polresta Pekanbaru yang kemudian diteruskan ke SDM Polda Riau.
Selanjutnya nama-nama yang mendaftar mengikuti tahap pelatihan secara online pada November hingga Juni 2021 lalu. Selanjutnya diadakan tes secara online dan terpilihlah 185 orang dari seluruh Indonesia untuk mengikuti ujian UNSAAT di Markas Besar (Mabes) Polri tepatnya pada Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) Polri.
Tes ini dilakukan langsung perwakilan UN yang didatangkan dari New York yakni Carkis Peralta dan Madam Ruci asal Fiji. "Pada tahap ini, kami yang masuk seleksi dari Polda Riau sebanyak 5 orang, terdiri dari dua anggota polwan dan polki (polisi laki-laki)," ucap Junita.
Lalu pada 14-29 November 2021 dilakukan seleksi secara bertahap dan dengan sistem gugur yang meliputi ujian kemampuan bahasa Inggris yang bernama Combined Language Assessment (CLA), interview dalam bahasa Inggris, mengemudi, dan menembak.
Kemudian tahap seleksi masih berlanjut hingga tiga orang perwakilan dari Polda Riau yakni Bripka Junita Ramadhani SH, Iptu Lonny Thamrin, dan Bripka Richardo Panjaitan masih bertahan dari total seluruh Indonesia sebanyak 106 orang, dengan rincian 80 untuk misi berbahasa Inggris dan 26 untuk misi berbahasa Prancis.
Setelah dinyatakan lulus oleh PBB pada 3 Desember 2021 lalu, Junita langsung mengikuti kursus bahasa Prancis yang diadakan oleh Divhubinter Mabes Polri bersama dengan Institut Francais Indonesia (IFI) yang berguna untuk membuka peluang di misi berbahasa Prancis.
Setelah tahap pelatihan selesai, para peserta diseleksi kembali ke wilayah masing-masing dengan status stand by force Individual Police Officer (IPO). Hingga Maret 2022 selama sebulan penuh Divhubinter Mabes Polri kembali mengadakan Pre Deployment Training (PDT) untuk seluruh stand by force Individual Police Officer (IPO).
Tujuannya untuk mempersiapkan para stand by force IPO untuk diberangkatkan ke daerah misi, baik dari segi ilmu pengetahuan, fisik, dan mental. Di mana kegiatan tersebut diakhiri dengan kegiatan jalan juang di Puncak Halimun Bogor selama empat hari. Dilanjutkan pembaretan Baret Biru PBB pada 31 Maret 2022.
"Pada pertengahan Juli, saya mendapatkan panggilan untuk diberangkatkan ke misi UNMISS dan pada 6 Agustus 2022, sebelum berangkat diadakan serangkaian pemeriksaan kesehatan secara lengkap termasuk tes psikologi kesehatan jiwa. Setelah semua bersih dan tidak masalah, barulah kami diberangkatkan menuju Juba, Sudan Selatan," jelas Junita.
Terhitung keberangkatan itu, Bripka Junita pun akan mengabdi hingga Oktober 2023 sesuai jadwal. Masa ini pun bisa saja berubah, apabila ada perpanjangan misi yang dijalaninya. Junita menambahkan dari jumlah kontingennya sebanyak 11 orang, ia satu-satunya dari Provinsi Riau.
Setelah tiba MHQ Juba ia mendapatkan initial deployment (penempatan pertama) di bagian negara Field Office Kuajok-Warrap, State-South Sudan sebagai police advisor dibaigan odviser.
Sudan Selatan adalah negara yang baru merdeka pada 9 Juli 2011 dan menjadi negara termuda di dunia. Di sini masih terjadi konflik antar suku, kekerasan terhadap perempuan, dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Negara tersebut masih sangat memerlukan kehadiran PBB untuk membenahi negara di bidang pelindungan untuk rakyat sipil (protecrtion of civilians). "Sesuai perintah misi United Nation Mission in South Sudan (UNMISS), saya bertugas melakukan patroli sambil melakukan pemolisian masyarakat, pelatihan dan penyuluhan terhadap polisi lokal terkait penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, HAM, dan perlindungan terhadap perempuan serta dampak dari pernikahan yang dipaksa (force marriage)," kata Junita.
Junita merupakan penyidik di Unit Perlindugan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Pekanbaru. Junita juga salah satu penyidik pembantu yang bersertifikasi di bidang penanganan kasus perempuan dan anak.
"Pengalaman yang saya rasakan sangat luar biasa. Banyak ilmu yang dapat diambil karena bekerja sama di Internasional Environment dengan polisi dari beberapa negara anggota UN yang memiliki latar belakang, adat dan budaya yang berbeda. Semuanya bekerja berdasarkan tiga core value UN yaitu profesionalism, integrity and respect for diversity," sebut Junita.
Dalam momen Hari Polwan di September 2022 ini, Junita merasa sangat bangga mewakili Indonesia, khususnya Kota Pekanbaru, Provinsi Riau di dunia internasioanal. Pasalnya, rintangan yang berhasil dilewati untuk bisa sampai di titik sekarang tentu tidaklah mudah.
"Saya berpesan kepada Polwan Polri, jangan pernah lelah untuk belajar sehingga kita dapat berkarya dan berprestasi sehingga membuat negara Indonesia bangga, baik secara nasional maupun internasional, terkhusus untuk menjadi kebanggaan institusi Polri yang kita cintai," ujarnya.***