Rumah Batin Senapelan memang tidak sepopuler Rumah Singgah Tuan Kadi. Keberadaan Rumah Batin Senapelan dipercaya juga tidak kalah tua daripada Rumah Tuan Kadi. Bagaimana penampakan dan kondisinya sekarang.Yang paling eksotis dari rumah ini plafon rumahnya.
Laporan JOKO SUSILO, Pekanbaru
Riau Pos belum lama ini, sampai juga di tepian aliran Sungai Siak. Tepat di sudut pekarangan Rumah Batin Senapelan di Jalan Meranti, Kampung Baru, Kota Pekanbaru, Riau.
Bentuk rumah itu terlihat cukup kontras dengan bangunan rumah yang ada di sekitarnya. Bangunan rumah batin tersebut berbentuk panggung. Beberapa tonggak beton yang sangat kokoh masih menyangga bangunan tersebut.
Hampir keseluruhan bangunan Rumah Batin terangkai dari bahan kayu. Dinding bangunan juga dari belahan kayu yang telah di pernis dengan dominasi klasik berwarna coklat kehitaman. Memiliki tujuh jendela rumah dan daun pintu utama di bagian sisi depan dan dibelakang.
Yang terlihat paling eksotis adalah plafon, yakni dari kulit kayu yang disusun sedemikian rumah. Saat Riau Pos masuk dan berada di dalam ruangan rumah lawas tersebut, terasa sangat adem padahal sinar mentari sedang terik-teriknya.
"Yang paling spesial dari Rumah Batin ini plafon yang dari kulit kayu itu," ungkap Ahli Waris Rumah Batin Generasi yang Kelima, Evariani kepada Riau Pos.
Perempuan berkerudung ini turut mendampingi Riau Pos saat di Rumah Batin tersebut. Dia dengan penuh semangat menceritakan berbagai hal sejarah rumah tersebut. Meski sebagian hal banyak yang tidak ia ketahui karena kurangnya pengetahuan tentang leluhurnya tersebut.
"Sebenarnya rumah batin ini keberadaan lebih tua dari Rumah Singgah Tuan Kadi. Asal mula Pekanbaru tidak lepas juga dari rumah batin ini," ungkapnya lagi.
Satu dua anak tangga Riau Pos injak untuk bisa naik dan memasuki Rumah Batin tersebut. Setelah sesaat sebelumnya pintu rumah dibuka oleh Evariani. Sebelum memasuki lantai di ruang utama rumah itu, alas kaki atau sepatu harus dilepas. Selain menjaga kebersihan juga untuk sikap sopan santun memasuki rumah itu.
Di dalam ruang utama itu tidak banyak barang perlengkapan dan isi rumah masa tempo dulu yang dipajang. Hanya tersisa tiga lemari lawas. Satu-satunya lemari itu pernah dipakai untuk lemari pakaian. Dua kamar seperti desain aslinya juga sudah tidak ada. Ruang utama menjadi lebih luas karena dua kamarnya tidak ada lagi.
Untuk lantai juga tersusun rapi dari lembaran-lembaran kayu yang cukup tebal. Bagian lantai ini sudah sepenuhnya diganti. Begitu pula sebagian dinding bangunan juga dari kayu. Rumah Batin memang telah dilakukan pemugaran di tahun 2022 lalu dan juga sudah ditetapkan menjadi cagar budaya.
"Memang keberadaan Rumah Batin tidak begitu dikenal, karena memang dulu keluarga kami para ahli waris menutup diri soal leluhur dan keberadaan Rumah Batin ini," tambahnya.
Pemugaran yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau akhirnya lebih mengenalkan lagi keberadaan Rumah Batin yang menjadi bukti sejarah asal muasal Kota Bertuah ini.
Sejak dipugar, belakangan rumah tempo dulu tersebut juga mulai banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun luar daerah. Para mahasiswa dan masyarakat mulai berdatangan. Mereka yang berkunjung ingin menelisik lebih jauh sejarah daripada Rumah Batin yang keberadaanya di tepian Sungai Siak. Saat ini telah menjadi salah satu ikon yang ada di Kota Pekanbaru.
Evariani tidak begitu jelas mengingatnya tahun berapa masa keberadaan leluhurnya mendirikan atau membangun rumah batin tersebut. Tetapi masih tak lengkang diingatnya saat ini air yang mengalir di Sungai Siak masih jernih dan keluarganya masih menimba air di sungai itu untuk berbagai keperluan makan untuk masak dan minumnya.
"Dulu air Sungai Siak masih bening, minumnya juga dari air sungai. Saya kurang ingat, keluarga juga tidak begitu ingat. Ini rumah kepala suku Batin Senapelan yang pertama bernama Bujang Sayang, kemudian Yasin dan Nontel. Masa Nontel tidak ada pengukuhan sebagai batin sudah tidak disebut batin berubah jadi penghulu," terangnya.
Selain bentuk fisik bangunan rumah tersebut, bukti sejarah peninggalan lain adalah sebilah keris dan sebuah kendi yang masih disimpan oleh ahli warisnya hingga saat. Kedua benda itu juga yang memperkuat keberadaan keturunan ahli waris yang sah. Satu pohon manggis yang berukuran besar yang tumbuh subur juga menjadi sejarah Rumah Batin itu.
Gubernur Riau Drs H Syamsuar menyebutkan, Pemprov Riau berkomitmen dalam melestarikan cagar budaya di Provinsi Riau. Itu disampaikan ketika menghadiri pemugaran Rumah Batin Senapelan tahun 2022 lalu. Ia juga berharap agar masyarakat turut menjaganya. "Jadi cagar budaya ini memang harus dilindungi dan tak boleh diubah-ubah mari kita lestarikan," ujarnya.(gem)