KEARIFAN LOKAL NELAYAN KAMPUNG BUNSUR, SIAK

Pengerih di Offshore

Feature | Kamis, 18 November 2021 - 14:01 WIB

Pengerih di Offshore
Dua nelayan di Desa Bunsur, Kecamatan Sungai Apit,Siak saat mengangkat pengerih yang mereka pasang di perairan Selat Lalang. Tak jauh dari mereka memasang alat tangkap ikan tradisional itu berdiri offshore milik PT Energi Mega Persada. (GEMA SETARA RIAUPOS.CO)

Selain itu, masyarakat sendiri punya kearifan mengatur alat tangkapnya. Mengapa diaturnya, pertama agar jumlah alat tidak banyak  yang dioperasikan, kalau banyak alat yang dioperasikan maka hasil tangkapan akan berkurang, kemudian dengan pengalamannya dia mengatur dimana  menempatkan alat tangkap ikan.

Dengan membaca kondisi perairan yang ada di situ dan operasi alat tangkap ini juga akan berubah kalau ada perubahan musim.


 ‘’Kan alat tangkap pengerih ini bergantung pada kondisi air, ini satu kearifan, dia tidak sepanjang masa di tagan atau tahan. Dia diatur sesuai kondisi perairan setempat,’’ ujarnya.

Jadi, ini yang perlu dilihat bagaimana masyarakat nelayan mampu membaca alam, belajar dari alam dan membaca alam serta memanfaatkan informasi atau pengalaman dia tentang alam itu dalam usaha mendapat rezeki melalui upaya penangkapan ikan itu.

Alat tangkap pengerih ini juga menurut Agusnimar sangat ramah lingkungan.

 ‘’Dari kecil saya melihat alat-alat yang dipasang itu alat pasif, jumlah ikan yang ditangkap itu sangat terbatas dan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga kemudian sisanya kalau dulu akan dibagi bukan untuk dijual beli,’’ ujarnya.

Tapi kalau lihat sekarang,  ada beberapa nelayan terutama nelayan dengan modal besar dia menggunakan alat tangkap aktif, hasil tangkapan banyak dengan tangkapan banyak mereka mendapat keuntungan.

‘’Artinya beda, dulu masyarakat nelayan lebih berpikir bagaimana keberlanjutan dari potensi yang ada sehingga bisa dimanfaatkan anak cucu karenanya  alat tangkap yang digunakan adalah alat tangkap pasif  yang sangat tergantung pada alam,’’ ujarnya.

Kalau dilihat mengapa mereka bertahan dengan pengerih, itulah komitmen  nelayan untuk mempertahankan keberlangsungan dari potensi yang ada, jadi sustainability yang dipertahankan betul masyarakat nelayan.

Budidaya Ikan Keramba

Keberadaan nelayan di perairan Selat Lalang yang berdekatan dengan offshore haruslah dihormati oleh pihak perusahaan. Mengapa, karena keberadaan nelayan itu sendiri sudah ada sebelum perusahaan itu ada di sana.

‘’Memang di perairan ini, satu sisi dimanfaatkan juga oleh perusahaan. Mana yang harus didahulukan, kepentingan siapa yang harus didahulukan, di sini ada dua kepentingan kontradiktif seperti itu. Nah, kalau saya lihat ini berkaitan dengan hidup orang banyak terutama nelayan.  Itu satu sisi.  Sisi kedua, nelayan itu ada sebelum perusahaan itu berdiri, artinya perusahaan harus menghormati hak-hak nelayan,’’ ujarnya.

Kalau perusahaan hendak mengalihkan terutama area tangkapan nelayan, maka perusahaan harus membuat kebijakan, misalnya dengan memberikan bantuan dalam bentuk budidaya ikan.

‘’Ini kan jalur pelayaran yang biasanya juga digunakan perusahaan.  Kalau nelayan memasang alat tangkap itu menggangu alur pelayarannya, perusahaan harus mencari solusi. Solusi itu misalnya dengan memindahkan kegiatan  nelayan itu kepada kegiatan budidaya dan ini harus di support,’’ ujarnya.

Apalagi daerah itu sangat potensial untuk membangun budidaya perikanan itu dalam bentuk keramba jaring apung, ikan-ikan ekonomis penting seperti kakap dan sebagainya sangat potensial untuk dikembangkan di situ.

‘’Jadi kalau kita mau melihat keberpihakan  kepada nelayan tempatan, dia harus mencari solusi dengan mengembangkan usaha budidaya,’’ katanya.

Selain itu, lingkungan juga harus menjadi perhatian perusahaan. Mengapa, karena jika lingkungan rusak, maka dia akan berdampak juga kepada operasional perusahaan. Maka perusahaan perlu melibatkan masyarakat dalam menjaga lingkungan, misalnya dengan menanam hutan bakau, itu perlu dilakukan  untuk memulihkan perairan.

Menurutnya lagi, kalau hutan bakau selamat maka perairan akan selamat dan pada akhirnya akan menyelamatkan perusahaan juga. ‘’Sebetulnya menyelamatkan lingkungan ini juga untuk kepentingan perusahaan itu sendiri. Kalau alur pelayaran itu rusak atau bermasalah, maka akan berdampak pada  operasional perusahaan. Untuk itu lingkungan perlu dijaga,’’ ujarnya.

Dia memandang, akan sangat bijaksana jika perusahaan membuat upaya untuk mengalihkan usaha penangkapan yang dilakukan nelayan ke budidaya. ‘’Kalau dilakukan, harus tetap mempertahankan keberadaan pengerih itu, artinya jumlahnya bisa dikurangi, tapi tidak boleh dihapus,’’ ujarnya.

Mengapa, karena  ikan hasil tangkapan dari pengerih itu bisa menjadi sumber pakan untuk ikan yang dipelihara dalam keramba jaring apung dan selain itu bisa juga dimanfaatkan untuk pakan keluarga. ‘’Pengerih  itu tidak boleh dihabiskan karena kepentingannya  untuk men-support ekonomi nelayan itu juga,’’ ungkapnya.

Tidak Menggangu

GPA Manager Energi Mega Persada, Amru Mahali mengatakan, dalam kegiatan offshore pihaknya terus bersinergi dengan masyarakat terutama dengan nelayan sehingga satu sama lain tidak saling mengganggu, sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku.

""EMP Malacca pun  terus melakukan kegiatan pemantauan lingkungan per tahun  dengan konsultan independent  untuk melihat kualitas udara, air dan ekosistem sekitar wilayah operasional," ujarnya

Secara umum, tambahnya nelayan sekitar wilayah operasi (nelayan pengerih dan gumbang) tidak menggangu, karena sudah paham tentang aturan penggunaan pengerih/gumbang dan posisi penempatan maksimal 500 meter dari anjungan/platform.

Kerifan lokal yang sudah berjalan puluhan tahun ini tentunya akan menjaga keseimbangan alam dan keberlanjutan berusaha, untuk itu perlu saling dukung

Pembinaan secara khusus kepada nelayan masih parsial sesuai dengan permohonan yang diajukan nelayan, karena hasil FGD yang melibatkan pemangku kepentingan sekitar Bunsur bahwa mayoritas masyarakat hidup dari bertani dan berkebun dan itu menjadi prioritas pilahan bersama (bertani ladang, berkebun karet dan sawit, serta sedikit sagu)

Amru menyebut, bentuk Kegiatn CSR Kepada masyarakat sekitar wilayah operasi terutama di Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak di antaranya, kegiatan ekonomi berupa penumbuhan pelaku usaha UMKM terutama petani karet karena itu hasil kesepakat bersama, kegiatan pengembangan lembaga keungan mikro untuk menunjang pembiayaan pelaku usaha kecil di antaranya petani dan nelayan

Kegiatan lingkungan dan ekonomi berupa pengambangan ekowisata mangrove untuk menjaga kelestarian alam, biota laut dan peningkatan ekonomi

Kemudian, egiatan pendidikan berupa   bantuan sarana-prasana pendidikan formal dan non formal keagaman, bantuan  dan lain-lain.

"Ada juga kegiatan kesehatan berupa  pemberian makanan tambahan kepada Balita, kerjasama dengan Unit Kesehatan Kerja masyarakat untuk pengobatan masal, operasi katarak dan lain-lain," ujarnya.

Amru juga berharap kegiatan operasional masyarakat bisa terus belangsung dengan tetap menjaga kelestarian alam dan bisa bersinergi dengan masyarakat sehingga bisa terbangun harmonisasi yang lebih baik, dalam jangka panjang perusahaan berupaya dengan bertahap dan fokus memajukan masyarakat menuju kemandirian.

Seiring Sejalan

Budayawan Riau, Syaukani Al Karim mengungkapkan, perusahan Migas telah berdiri di Riau hampir satu abad, namun demikian, perhatian terhadap kearifan lokal belum berjalan secara maksimal. Tentu saja ada beberapa perhatian telah ditunjukkan pada sektor sektor tertentu.

"Tapi jika kita ukur dari keseluruhan perolehan keuntungan yang telah mereka gali, tentu saja masih jauh dari harapan. Alih kelola Blok Rokan dari  PT Chevron ke Pertamina Hulu Rokan (PHR), semestinya menjadi momentum bagi perusahan untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada lokalitas, karena sudah dikelola oleh anak bangsa," ujarnya.

Sejauh ini,  dirinya melihat bahwa perusahan belum maksimal.

 "Untuk itu kita mengharapkan agar perusahan lebih mendekatkan diri dengan masyarakat tempatan, misalnya dalam perekrutan tenaga kerja dan pemberian peluang terhadap pengusaha lokal," ujarnya.

Pengalaman masa lampau yang terkesan menganaktirikan putra tempatan, semestinya tidak terulang lagi, karena segala keputusan sudah berada di tangan bangsa sendiri.

Selain ini, di Riau, terdapat begitu banyak lembaga dan komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

 "Tentu kita berharap, perusahan, dapat memberikan peran yang lebih aktif dalam mendukung pecepatan pembangunan dan proses peninggian martabat negeri," tuturny.

Syaukani menyarankan agar perusahan Migas dapat seiring sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan taraf hidup, tentu saja perusahan dapat melakukan sejumlah program yang sifatnya mendukung gerakan-gerakan ekonomi kecil dan menengah yang dijalani oleh masyarakat setempat.

Peran perusahan menjadi penting, karena secara umum, usaha dan gerakan ekonomi masyarakat tempatan  masih berada pada level yang masih memerlukan dukungan.

Jadi, jika anak-anak tempatan diberikan ruang yang lebih besar sebagai bagian dari kerja perusahan (sebagai tenaga kerja) dan kemudian perusahan memberikan perhatian terhadap kegiatan-kegiatan yang bernuansa kearifan, serta mendukung langkah-langkah masyarakat dalam memperkuat basis ekonomi, maka perusahan dan masyarakat akan dapat trumbuh secara bersama, secara selaras.

"Dan tentu saja pada gilirannya, Riau akan menjadi lebih cepat bergerak menuju kesejahteraan yang kita harapkan," tutupnya.

Editor: Erwan Sani









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook