”Tapi saya nggak bisa apa-apa. Mau marah, sungkan. Karena kebaikan dia pada saya luar biasa. Tapi kalau didiemin terus, saya kok merasa ada yang aneh,” ungkapnya.
Karena perasaan sungkan itulah Lucky bersikap fine-fine saja seolah tak terjadi apa-apa. Mungkin hal itulah yang membuat Anto semakin berani bertindak. Karena dia merasa Lucky tidak menolak. Puncaknya adalah ketika suatu malam Anto tiba-tiba memeluk Lucky dan melakukan perbuatan tidak senonoh.
Anehnya, bukan melawan, Lucky malah mengikuti semua instruksi dari Anto. ”Saya mau berontak tapi nggak enak. Karena gimanapun juga saya bisa make up, motongin rambut orang, sampai dapat banyak rejeki ya dari dia itu,” kenang dia lantas menyeruput kopi mocha.
Dari kejadian pertama itu Lucky tiba-tiba jadi sosok yang berbeda. Apalagi ketika Anto berhasil mengajaknya melakukan perbuatan hina tadi berulang kali.
Lucky yang sudah memiliki pacar seorang gadis sejak mereka sama-sama duduk di kelas 2 SMA, dengan tega langsung memutuskan begitu saja.
”Saya benar-benar seperti dibutakan mata hati. Jadi saya mempertanyakan, siapa yang ngomong kalau homo nggak menular? Saya saksi sekaligus korban yang masih hidup. Makanya saya bersedia bercerita,” jelasnya.
Masih belum percaya? (pda)
Sumber: JPNN