Tak perlu jauh-jauh untuk mencari suasana alam dan keindahan beragam spot foto. Taman Wisata Alam Mayang di Kecamatan Tenayan Raya jawabannya.
Laporan SOFIAH, Tenayan Raya
Jalan tanah dengan rumput hijau menyambut setiap pengunjung yang datang ke Alam Mayang. Beragam tipe pohon yang tumbuh subur nan rindang itu mengitari tempat wisata yang tak jauh dari jantung Kota Pekanbaru ini. Pepohonan yang menjulang tinggi membuat pangunjung betah dan tak perlu khawatir dengan sengatan mentari.
Di dalam satu kawasan itu, banyak dijumpai beragam arena permainan seperti outbound. Ada pula kolam renang, kolam pancing dan play ground. Tak kalah menarik, konsep yang tidak berubah sejak dibuka pada 7 Januari 1988 hingga kini. Ya, beragam replika patung kuno masih menjadi ciri khas di objek wisata yang disebut Alam Mayang.
Dikatakan oleh pemilik objek wisata Alam Mayang, Riyono, pihaknya memang sengaja menjadikan tempat tersebut menjadi kawasan eksotis dan hijau.
Objek wisata Alam Mayang pun sempat lima tahun membuka secara gratis. Kemudian dioperasionalkan sejak 3 Januari 1993.
"Jadi platfrom utama kami menawarkan wisata bersama keluarga yang alami. Alam Mayang pun semakin eksotis dengan adanya pohon-pohon. Di samping dilengkapi dengan beragam wahana permainan, hiburan serta tempat hijau dan luas," sebutnya, Sabtu (7/3).
Eksotisme Alam Mayang menurutnya, suatu konsep pembangunan tempat wisata yang menawarkan major atau alam sebagai hal yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Karena, sudah terkungkung dengan sifat buatan seperti AC dan segala macamnya.
"Dari situ, timbul konsep pembangunan Alam Mayang tidak banyak pembangunan fisik. Ini menjadi salah satu ide. Sehingga pembangunan pun lebih mengarah ke zaman kuno. Sehingga begitu masuk di Alam Mayang pengunjung merasakan langsung suasana yang berbeda," jelasnya.
Alasan lain tidak di aspal atau pun paving blok, Riyono kisahkan. Katanya, orang bisa merasakan jalan tanah hanya di kampung. "Jalan tanah pun menjadi hal yang dipertahankan di Alam Mayang setelah pohon dan bangunan kuno," tuturnya.
Kemudian, iven yang bisa diselenggarakan di Alam Mayang pun merujuk kebudayaan, bazar, hiburan yang dikemas pada kunjungan ramai. Sehingga, saat kunjungan bersama keluarga bisa bermain menikmati untuk didengar dan dilihat.
Saat ditanya tentang jaga lingkungan? Riyono mengatakan, itu pasti. Karena Alam Mayang menanam pohon endemik secara berkelanjutan.
"Kami sering menanam pohon. Untuk pohon yang sudah tua sebisa mungkin tidak ditumbang. Namun jika membahayakan akan ditebang karena kemiringan sudah rawan dan ketika pucuk tidak tumbuh karena terserang jamur. Lalu diolah dijadikan kayu," ungkapnya.
Sementara untuk spot foto rekomendasi di Alam Mayang yaitu replika Gunung Kawi, Dewa Moy, Dewi Sri, Marcopolo, Candi Mahligai, perahu naga, patung love dan hamparan luas di tepi kolam. Adapula beragam anjungan yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan.
"Untuk spot baru yaitu Pulau Biawak di tengahnya ada sebuah candi dengan ukiran Dewi Sima. Sehingga Alam Mayang lebih mengindentitaskan pra-Islam atau Kerajaan Hindu Islam. Ada edukasi sejarahnya juga. Sementara, penamaan Pulau Biawak, karena banyak sarang biawak (endemik Alam Mayang, red)," urainya.
Katanya, jika hanya mengangkat konsep foto akan mudah ditinggalkan. Sebab, begitu selesai foto akan langsung ditinggalkan. Namun, berbeda dengan mengusung konsep alam. "Motonya apa yang dapat kamu ekspresikan. Kalau angle masih berwisata dengan keluarga," katanya.
Belum adanya pamflet di sekitar replika bangunan kuno, dijelaskan Riyono bahwa akan membuat versi digital dengan sistem QR. "Kami sedang berusaha untuk membut kode QR. Sehingga orang yang penasaran bisa langsung melakukan scan melalui ponsel pintarnya," harapnya.***