KELESTARIAN AIR

Merawat Sungai Rokan, Menjaga Kearifan Zaman

Feature | Sabtu, 31 Oktober 2015 - 00:02 WIB

Merawat Sungai Rokan, Menjaga Kearifan Zaman
Panorama Sungai Rokan di sore hari. Sungai yang menjadi gantungan hidup banyak orang ini perlu dilestarikan agar tidak tergerus oleh pergerakan zaman. (ZULFADHLI/RIAU POS)

Bentuk sungai Rokan berkelok-kelok seperti ular, beberapa bagian tampak pipih dan lainnya justru melebar bahkan ada yang membentuk jadi dua aliran. Ini disebabkan pengendapan di tengah sungai seperti terdapat di wilayah Tanah Putih Tanjung Melawan, di Rantau Kopar atau di pulau Pedamaran, Pekaitan.

 

"Sehingga bentuk aliranya seperti pecah dua," sambung Hidayat menjelaskan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kondisi dan Pemanfaatan Air Sungai

Sebagian besar wilayah Rohil terdiri dari dataran rendah dan rawa-rawa terutama di sepanjang Sungai Rokan hingga kemuaranya. Wilayah yang dilalui sungai ini memiliki tanah yang sangat subur dan menjadi lahan persawahan padi terkemuka di Propinsi Riau (Bapedal Rohil: 2014).

   

Dilihat dari sisi topografi, daerah sepanjang aliran sungai memiliki 0–30 m di atas permukaan laut. Keadaan sungai secara umum tidak mengalami banyak perubahan dalam puluhan tahun. Hanya sebagian kecil terdapat perubahan bentuk sungai karena proses pengendapan maupun abrasi.

   

Kualitas air di Sungai Rokan relatif baik untuk menunjang kehidupan bagi biota lainnya, kecuali untuk parameter minyak dan lemak yang berkisar  antara 72,20 mg/l sampai dengan 177,6 mg/l.

  

Dalam bahasa yang mudah dimengerti, Dayat, panggilan pria ini, menjelaskan kualitas air Sungai Rokan tergolong dalam klasifikasi B. Tidak higienis untuk diminum tapi memang layak pakai untuk keperluan lain seperti mandi atau mencuci.

  

Sejumlah faktor yang berkontribusi di antaranya tingkat pencemaran yang disumbangkan oleh limbah pabrik kelapa sawit (PKS), limbah rumah tangga serta pengunaan pupuk sawit.

  

"Saat ini dipinggiran Sungai Rokan yang dulunya terdapat tanaman nipah dan kelapa telah berganti dengan kelapa sawit. Jika penggunaan pupuk tak tepat, lalu terjadi hujan maka otomatis pupukpun mengalir ke bawah," kata Dayat.

  

Sungai lain, seperti Sungai Kubu menunjukkan kualitas yang tidak begitu berbeda dengan Sungai Rokan. Hanya saja ada beberapa parameter yang sedikit agak menonjol dibandingkan dengan parameter yang sama di Sungai Rokan, yaitu konduktivitas (112,6 cm), COD (75,0 mg/l) dan minyak dan lemak 322,0 mg/l (Bappeda Rokan Hilir, 2004).

   

Hidayat membenarkan keberadaan PKS yang berdekatan dengan aliran ke sungai rawan tergoda untuk mengalirkan limbah ke sungai karena cara itu lebih efesien dan murah biaya.

   

Ada dua perusahaan yang keberadaannya berdekatan dengan pingiran sungai Rokan, satu PKS di Tanah Putih Sedinginan dan satu pabrik plywoood di Tanah Putih Tanjung Melawan.

   

Riau Pos mencatat terjadi beberapa kasus dugaan pencemaran sungai. Februari lalu misalnya sejumlah warga Kecamatan Rantau Kopar mendatangi DPRD Rohil melaporkan dugaan pencemaran karena adanya perusahaan yang membuang limbah di pinggir sungai.

  

Setahun silam, terjadi fenomena yang mengejutkan dengan temuan ikan terutama jenis baung dan patin yang mengambang ke permukaan karena mabuk. Kejadian ini terdapat di sejumlah aliran Sungai Rokan di wilayah Desa Teluk Berembun, Sintong, Sekeladi dan Desa Teluk Mega. Beruntung hanya berlangsung sementara waktu dan bersifat lokal.

   

Kabid Pengendalian Lingkungan Bapedal Rohil, Suta Wirapraja, Rabu (28/10) mengatakan pihaknya secara rutin melakukan pemeriksaan kualitas air. Untuk Sungai Rokan kewenangannya lebih utama oleh provinsi sedangkan sungai yang dikategorikan sebagai antar kecamatan atau desa menjadi perhatian dari Bapedal Kabupaten Rokan Hilir.

   

Wira mengatakan, kehidupan biota air juga tergantung kepada kondisi sungai agar dapat melakukan aktifitas biologis secara konsisten dan maksimal. Sembarang gangguan terhadap kondisi air akan berdampak pada populasi ikan dan biota air lainnya sehingga produktivitas menurun.  Hal ini sudah terjadi di  beberapa perairan (sungai atau perairan pesisir Riau) di mana  beberapa jenis ikan menghilang seperti kasus ikan terubuk di Bengkalis, Riau.

  

"Oleh Karena itu kondisi air atau perairan harus dipertahankan pada tingkat yang optimum," ujar Wirapraja.

 

Ia juga sependapat bahwa sumber pencemaran sungai bisa disebabkan oleh masuknya limbah cair dari PKS, pembukaan lahan hutan untuk dijadikan areal perkebunan oleh masyarakat ataupun perusahaan besar, aktivitas perusahaan minyak serta pabrik pengolahan kayu.

  

Di samping itu penurunan kualitas air sungai juga disebabkan oleh kurangnya partisipasi masyarakat di bantaran sungai dalam menjaga kualitas air dan kurang tegasnya penegakan hukum lingkungan bagi kelangsungan lingkungan hidup.

  

Tapi sejauh ini kualitas air terutama di daerah Ujung Tanjung relatif aman dimanfaatkan manusia, hal ini mendorong pemerintah membangun unit Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) di Ujung Tanjung, Tanah Putih.

  

Kepala Subdirektorat Investasi Pengembangan Air Minum Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Meike Kencana Wulan ketika hadir dalam peresmian operasionalisasi SPAM IKK Wilayah II, Juni lalu, menyambut baik adanya sumber air bersih.

  









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook