KELESTARIAN AIR

Merawat Sungai Rokan, Menjaga Kearifan Zaman

Feature | Sabtu, 31 Oktober 2015 - 00:02 WIB

Merawat Sungai Rokan, Menjaga Kearifan Zaman
Panorama Sungai Rokan di sore hari. Sungai yang menjadi gantungan hidup banyak orang ini perlu dilestarikan agar tidak tergerus oleh pergerakan zaman. (ZULFADHLI/RIAU POS)

SUNGAI Rokan yang ikut mengalir di daerah Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) memiliki peranan beragam bagi masyarakat yang tinggal di wilayah sepanjang alirannya, perlu dukungan dan upaya semua pihak agar kelestarian sungai bisa terjaga dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masa depan.

Deru mesin perlahan terdengar dari kejauhan, seorang nelayan mengemudikan perahu tanpa tenda itu melaju beriringan dengan semilir angin menghembus. Pergerakan perahu yang menyibak permukaan air, menciptakan gelombang kecil tampak seolah berusaha membelah sungai Rokan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Terlihat perahu itu perlahan-lahan menghilang ke arah hulu sungai dalam jarak sejauh mata memandang dari bibir batas kepenghuluan (desa) Rantau Bais, Tanah Putih.

   

Pemandangan ini salah satu tanda bahwa aktivitas warga di sungai berair tawar itu telah menggeliat. Di sisi lain sungai ada warga yang asyik memancing. Ada juga beberapa pria membawa jaring untuk menjala ikan. Tak sedikit pula yang sedang mandi, bunyi kecipak air yang diciduk dan menguyur tubuh, tertangkap telinga.

   

Di tempat yang tidak berapa jauh dari dermaga yang menyatu dengan sebuah warung kopi yang tak lagi berpenghuni, seorang pria paruh baya seperti menikmati benar acara mandi paginya,  meski bertelanjang dada hanya mengenakan kain sarung sebagai belasahan.

   

Mandi di sini begitu praktis, cukup menimba air langsung ke sungai. Jika perlu berenang saja sekalian. Tak mengherankan terdapat puluhan kakus jaraknya berdekatan karena meskipun telah memiliki sumur budaya mandi ini tetap dilakoni sehari-hari.

  

Pagi Senin (26/10) di Rantau Bais, rasanya alam sangat bersahabat. Burung-burung berkicau di antara dahan mangga perumahan sekitar, nun berjarak sekitar 100 meter terdapat Pulau Tilan, sunyi saja. Beraneka tumbuhan subur dan rindang, karena mendapatkan pasokan air melimpah. Tanda kesuburan itu terlihat dari banyaknya pohon-pohon tua, berukuran besar tumbuh tanpa terganggu, baik oleh ulah tangan manusia maupun karena kerusakan lingkungan.

  

Segenap aktivitas warga dan keasrian lingkungan yang masih terjaga tak bisa dipisahkan dengan keberadaan Sungai Rokan. Sungai Rokan secara umum bisa dikatakan sebagai penyangga kehidupan masyarakat di kabupaten yang berjuluk Negeri Seribu Kubah.

  

Tidak hanya semata-mata berkaitan dengan mata pencaharian, sebagai sumber air tanpa batas, tapi juga menyangkut budaya dan sejarah. "Bisa dikatakan bahwa dari tepi sungai Rokan lah awal mula kehidupan masyarakat kita. Para tetua dahulu masuk ke sini melalui alur sungai, bukan dari daerah daratan karena itu sudah saatnya pula kita menoleh pembangunan ke tepian Sungai Rokan," ujar penggiat seni, sekaligus pengurus Dewan Kesenian Daerah (DKD) Rohil, Delsi Hendria.

  

Sungai ini merupakan sarana perhubungan terutama bagi penduduk yang berada di sepanjang alirannya, juga merupakan lumbung menangkap ikan bagi nelayan tempatan.

Potensi perikanan sungainya tetap menjanjikan yang disebabkan masih baiknya sistem penangkapan ikan serta kesadaran warga menjaga lingkungan terutama di bagian hulu disamping itu ada upaya pelestarian serta penambahan populasi ikan.

  

Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Riau pernah menebarkan benih ikan sebanyak 40.000 benih dari jenis ikan baung, patin, lele, nila dan udang pada 2012 silam. Kepala Diskanlut Riau waktu itu Irwan berujar upaya tersebut sebagai penyelamatan dan meningkatkan kembali populasi ikan di sungai Rokan.

  

Rantau Bais hanyalah satu di antara puluhan desa yang dilalui oleh alur Sungai Rokan. Bermula dari bagian paling hulunya dari Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) lalu masuk ke Kecamatan Rantau Kopar, Tanah Putih, Ujung Tanjung, Bangko Pusako, Rimba Melintang, Pekaitan, sampai ke kecamatan Bangko, Bagansiapiapi lalu bermuara lepas ke lautan Bagansiapiapi dan selat Melaka.

  

Panjang sungai yang masuk dalam empat besar di Provinsi Riau, setelah Sungai Siak dan Indragiri ini ditaksir panjangnya paling tidak 350 kilometer jika dihitung dari hulunya. Ia melewati sejumlah wilayah kabupaten dalam Provinsi Riau maupun propinsi tetangga.

  

"Aliran airnya tak putus, yang induknya adalah dari pegunungan di Mandailing Natal, Sumatera Utara," ujar Kepala Bidang Penataan di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Daerah Rohil, M Nur Hidayat.

  









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook