Maisaroh menguping dari dapur. Rupanya ia tertarik mendengar pertanyaan Riau Pos kepada suaminya soal program PT Perusahaan Gas Negara (Persero) yang ingin menyalurkan gas bumi langsung ke rumah warga. Maisaroh rela meninggalkan masakannya yang masih di atas kompor untuk ikut nimbrung. ‘’Malah kami sudah didatangi petugas memberitahukan. Kami juga sudah didata,’’ timpal Maisaroh.
Wanita paruh baya ini mengaku tertarik menjadi pelanggan gas bumi. ‘’Kalau lebih murah dan aman, kami oke,’’ katanya.
Hanya saja, Maisaroh dan suaminya pesimis perusahaan yang biasa disingkat PGN itu bisa merealisasikan janji ‘’kampanyenya’’. 2017 gas bumi sudah dinikmati warga Kota Bertuah. Alasan Maisaroh, belum ada pipa gas yang terpasang ke rumah warga. Padahal pemasangan jaringan pipa perlu waktu lama.
Junaidi-Maisaroh bukanlah satu-satunya keluarga yang meragukan komitmen PGN. Seakan menantang, warga minta PGN segera merealisasikan janjinya. Elviones misalnya. Warga Perumahan Puri Airdingin, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru ini juga ragu terhadap kampanye PGN. ‘’Kalau 2017 saya rasa sulit. Sekarang saja belum ada apa-apa,’’ kata pria 49 tahun ini, Jumat (9/10).
Yoyon, panggilan akrabnya, mengaku sangat tertarik menjadi pelanggan PGN. Sebab memberikan banyak keuntungan. Aman dan harga lebih bersahabat, dua faktor yang menjadi pertimbangan. ‘’Kalau gas bumi aman. Saya sudah lihat saudara di Batam yang menggunakan gas bumi. Aman kok,’’ tuturnya.
Selama ini, keluarga pria kelahiran Tanjung Balai Karimun tersebut masih bergantung pada minyak tanah untuk keperluan memasak. Tak berbeda dengan Maisaroh, istri Yoyon, Revelia Agistina (41) ternyata juga takut menggunakan kompor gas LPG, karena sering menonton berita kompor gas meledak.
Keraguan juga diutarakan Efendi. Pria 45 tahun ini tidak yakin warga Pekanbaru bisa menikmati gas bumi pada 2017. Edi, demikian panggilannya, menduga rencana PGN sama dengan program pembangunan lainnya. Perlu waktu bertahun-tahun baru terlaksana.
‘’Yakin sih, yakin. Tapi tidak 2017. Buktikan, jangan hanya janji,’’ tantang Efendi.
Edi mengaku sangat ingin menjadi pelanggan, karena saat ini ia harus mengeluarkan dana tidak sedikit untuk gas LPG 3 kilogram. Usaha nasi goreng dan bandreknya di Jalan Kaharuddin Nasution, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru memerlukan 12 tabung LPG 3 kg setiap bulan. Selain harganya yang tidak menentu, bisa mencapai Rp23 ribu, Edi juga mengeluhkan susahnya mendapatkan gas melon ini.